REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Meski sudah memasuki zaman modern, praktik perbudakan belum sepenuhnya musnah. Ini terbukti dengan temuan Walk Free Foundation yang menyatakan hampir 30 juta orang masih hidup dalam kondisi perbudakan di seluruh dunia.
Dalam laporan yang dikutip Al-Jazeera, Kamis (17/10), baik pria, perempuan, mau pun anak-anak diperdagangkan oleh geng untuk menjadi pekerja seks dan buruh tidak terampil. Laporan memeringkat 162 negara dengan basis penemuan praktik dan risiko perbudakan serta kekuatan pemerintah dalam merespon aktivistas ilegal tersebut.
Mereka menemukan 10 negara atau 76 persen dari 29,8 juta orang hidup dalam perbudakan. Negara tersebut antara lain adalah India, Cina, Pakistan, Nigeria, Ethiopia, Rusia, Thailand, Kongo, Myanmar, dan Bangladesh.
Perbudakan modern tersebut didefinisikan sebagai penjualan manusia, buruk paksa, dan praktik lain, seperti jeratan utang, nikah paksa, dan penjualan atau eksploitasi anak-anak.
Peneliti, Kevin Bales berharap indeks yang merupakan laporan pertama pengawasan perbudakan global akan meningkatkan kewaspadaan dunia dan membuat pemerintah mengambil tindakan lebih. Dia membantah kemiskinan merupakan faktor kunci di balik perbudakan. Dia menyalahkan korupsi dan meminta undang-undang menyetop organisasi geng.