REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian dari Walk Free Foundation menemukan hampir 30 juta orang hidup dalam perbudakan di seluruh dunia. Menurut peneliti, kondisi perbudakan itu didorong oleh korupsi.
"Secara konsisten saat kami menganalisis statistik kami menemukan korupsi lebih kuat dalam mendorong perbudakan dibandingkan kemiskinan," ujar Kevin Bales, prfesor dari Universitas Hull, Inggris Utara dikutip Al-Jazeera, Kamis (17/10).
Dalam laporan yayasan itu, Mauritania di Afrika Selatan merupakan tempat proporsi jumlah budak tertinggi, yakni mencapai lebih dari 160 ribu orang dari 3,8 juta penduduk. Ini disebabkan tingginya sanksi kultural dalam bentuk tindakan perbudakan dan pernikahan anak-anak.
Jumlah paling tinggi hingga 14 juta orang dalam perbudakan ditemukan di India dan tiga juta orang di Cina.
"Proporsi terbesar dari masalah di India adalah eksploitasi warga India oleh warga India sendiri, khususnya dengan jeratan utang dan buruh paksa," ujar laporan tersebut.
Di Cina ditemukan laki-laki, perempuan, dan anak-anak dipaksa untuk mengemis, eksploitasi seksual kaum hawa, dan anak-anak dipaksa menikah.