Kamis 17 Oct 2013 19:41 WIB

Turki Bongkar Jaringan Mata-Mata Israel Atas Iran

ilustrasi Mata mata
ilustrasi Mata mata

REPUBLIKA.CO.ID, Turki membongkar kedok jaringan mata-mata Israel yang bekerja di dalam wilayah Iran pada awal 2012 dan melancarkan pukulan keras terhadap dinas intelijen Israel, demikian satu laporan di Washington Post, Kamis.

Belum ada komentar dari Israel atau Turki, tapi para menteri Israel telah menuduh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengesahkan sikap anti-Israel selama beberapa tahun belakangan untuk mengukuhkan pijakan negeri itu di Dunia Muslim.

Hubungan yang dulu kuat antara Turki dan Israel membentur cadas pada 2010, setelah personel pasukan komando Israel menewaskan sembilan pegiat Turki yang berusaha melanggar blokade lama Angkatan Laut Israel terhadap Jalur Gaza.

Kolumnis Washington Post David Ignatius mengatakan Isrel tampaknya dulu mengoperasikan sebagian jaringan mata-matanya di Iran melalui Turki, dan memberi dinas rahasia Turki kesempatan untuk memantau gerakan mereka. Surat kabar tersebut mengutip para pejabat AS yang mengatakan Israel percaya Pemerintah Turki takkan berbalik melawan Israel setelah bertahun-tahun kerja sama, demikian laporan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.

Namun, katanya, pada awal 2012 Erdogan mengungkapkan kepada Teheran identitas 10 orang Iran yang telah pergi ke Turki untuk bertemu dengan mata-mata Israel.

Pada April 2012, Iran mengumumkan negara Persia itu telah membongkar satu jaringan besar mata-mata Israel dan menangkap 15 tersangka. Tidak jelas apakah itu berkaitan dengan kebocoran yang diduga dilakukan Turki.

Iran telah lama menuduh Israel melakukan kegiatan mata-mata di dalam Republik Islam tersebut dan membunuh sejumlah ilmuwan nuklir Iran --yang terakhir pada Januari 2012. Israel dan Barat menuduh Iran berusaha membuat bom atom, tapi Teheran telah membantah

tuduhan itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Israel Zeev Elkin tak bersedia mengomentari laporan Washington Post, tapi mengatakan hubungan dengan Turki "sangat rumit".

Amerika Serikat berusaha menengahi perujukan antara sekutunya --Turki dan Israel-- pada Maret, dan membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar meminta ma'af atas pembunuhan pada 2010.

Namun para pejabat Israel mengatakan upaya selanjutnya untuk membangun jembatan dengan menyetujui kesepakatan untuk membayar ganti-rugi kepada keluarga pegiat yang tewas dalam serbuan Angkatan Laut Israel telah gagal.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement