Jumat 18 Oct 2013 13:24 WIB

Takut Flu Burung, Hong Kong Setop Impor Produk Ayam Australia

Red:
Ayam
Ayam

HONG KONG -- Hong Kong menghentikan untuk sementara impor produk ayam dari Australia setelah berjangkitnya sejenis flu burung di sebuah peternakan ayam petelur di New South Wales.

Penghentian impor oleh Hong Kong itu berlaku atas unggas dan ayam hidup, serta produk-produk ayam termasuk telur dari New South Wales. Hongkong merupakan salah satu dari lima pasar ekspor utama bagi industri ayam. Minggu ini flu burung ganas jenis H7 dikonfirmasi berjangkit di peternakan dekat Young, New South Wales baratdaya. Departemen Industri Primer sudah mulai memusnahkan 400.000 ekor ayam di peternakan itu Kamis (17/10). Diperkirakan hal itu akan memakan waktu dua minggu.
 
Jenis virus H7 tidak membuat telur atau daging ayam tak aman untuk dikonsumsi manusia. Departemen Pertanian Australia mengatakan tidak tahu apakah ada larangan atau pembekuan impor lain saat ini.
 
CEO Federasi Daging Ayam Australia, Andreas Dubs, mengatakan, pembekuan impor ini menimbulkan kerugian, karena sebagian produk itu tidak bisa dijual di dalam negeri. "Ceker ayam tidak besar pasarnya di Australia," katanya. "Juga sebagian produk tertentu akan sulit dijual di sini dalam jumlah seperti itu."
 
Dubbs mengatakan yakin penghentian impor itu akan dicabut dalam beberapa hari atau beberapa minggu lagi.
"Biasanya memang begitu," katanya. "Kami memberitahu mancanegara bahwa berjangkit penyakit, dan negara-negara itu sudah punya ketentuan yang berlaku, yang menyebutkan kalau itu terjadi mereka tidak akan mengimpor sampai memeriksanya. Atau mereka memberitahu Australia bahwa untuk saat ini perbatasan mereka ditutup."
 
Sementara peternakan bersangkutan dan para pekerjanya ketat dikarantina, orang-orang di Young dan warga desa-desa di sekitarnya mulai memikirkan bagaimana cara mereka bisa membantu. Young adalah salah satu produsen telur terbesar di New South Wales.
 
Direktur lingkungan kantor kota Young, Craig Filmer, mengatakan, dewan kota akan memberikan bantuan kalau dibutuhkan. "Lebih dari 50 persen GDP wilayah Young berasal dari pertanian," kata Young. "Jadi kalau salah satu dari perusahaan terbesar disana terkena pukulan seperti itu, semua ikut prihatin dengan nasib keluarga-keluarga yang terkena akibatnya

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement