Ahad 20 Oct 2013 20:13 WIB

Karena Murah, Penggunaan Asbes Meningkat di Asia

Red:
Bahaya penggunaan asbes
Bahaya penggunaan asbes

TOKYO -- Beberapa negara di Asia dituding mengabaikan bahaya asbes, dan membiarkan terus berlanjutnya penggunaan bahan bangunan yang berbahaya tersebut.

Tudingan ini disampaikan Jaringan Pelarangan Asbes Asia – A-BAN. Koordinator jaringan tersebut Sugio Furuya mengatakan tingkat konsumsi Asbes di negara-negara Asia terus meningkat, meskipun negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan dan Australia telah melarang penggunaan asbes. "Konsumsi Asbes di Asia tercatat 70% dari konsumsi asbes global,” Furuya menjelaskan.

"Lebih dari 90%  asbes digunakan sebagai bahan bangunan dan warga menyentuh asbes tanpa diberitahukan bahan material itu berbahaya.”

Furuya mengatakan bahan bangunan ini digunakan dalam membangun rumah karena harganya yang murah.

“Bahan bangunan dari asbes sebenarnya hanya untuk pabrik atau penggunaan industri lainnya, tapi sekarang semen berbahan asbes sangat mudah digunakan untuk rumah tempat tinggal warga dibanyak negara di Asia.”

Ia mengatakan negara seperti India secara sengaja mengabaikan bahaya asbes.

"Hampir tidak ada aturan yang  melarang asbes di negara-negara seperti India dan korban asbes masih tidak terlihat di banyak negara-negara berkembang,” kata Furuya.

"Pemerintah India tidak melakukan langkah apapun untuk mencegah orang terpapar asbes.”

Dia mengatakan penting untuk mendidik warga di kawasan Asia  mengenai bahaya asbes.

"Warga punya hak untuk bekerja dan hidup dengan cara yang aman dan sehat,” katanya.

"Alternatif yang lebih aman saat ini tersedia dimana-mana, jadi tidak perlu menggunakan asbes lagi.”

Furuya mengatakan Australia bisa  membantu negara-negara di Asia untuk menghentikan penggunaan asbes.

"Australia berpengalaman  dan ahli untuk menangani asbestos, dan Australia bisa berkontribusi untuk menghindari epidemi asbes di masa depan.” tegasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement