REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) ternyata diam-diam menebar uang ke Pakistan. Negara yang sebelumnya mengalami perseteruan politik itu menggelontorkan 1,6 miliar dolar AS atau sekira Rp 18,1 triliun) kepada Pakistan.
Uang itu dikirim sebagai dana bantuan bagi ekonomi dan militer Pakistan. Sebelumnya hubungan kedua negara sempat memburuk sehingga AS menahan bantuan mereka. Khususnya ketika Pasukan Delta menyergap Usamah Bin Laden.
Begitu juga ketika pesawat AS menyerang pasukan Pakistan. Namun, pejabat dan asisten anggota kongres mengatakan hubungan kedua negara telah membaik, sehingga dana bantuan bisa diberikan kembali. Apalagi setelah kedua negara mengumumkan kembali terjalinnya dialog yang strategis.
Bahkan Perdana Menteri baru Pakistan, Nawaz Sharif berencana datang ke Washington untuk bertemu Presiden AS Barack Obama. Meski begitu sebenarnya dana ini menyimpan masalah khususnya dari orang-orang di dalam negeri.
Orang Pakistan merasa pemerintah terlalu tergantung kepada AS. Sedangkan rakyat AS menyoroti pemerintah yang mengirimkan dana miliaran dolar AS kepada negara korup yang tak mampu memerangi terorisme.
Sejak Juli hingga Agustus, Kementerian Luar Negeri dan Badan Pembangunan Internasional telah memberitahu kepada Kongres. Bahwa pemerintah berencana untuk memulai kembali bantuan. Dana tersebut sebagian besar untuk membantu Pakistan memerangi terorisme.
AS melihat upaya itu sangat penting karena mereka akan menarik pasukan dari Afghanistan tahun 2014. Dana itu juga digunakan untuk bantuan penegakan hukum dan pembuatan dam bernilai miliaran dolar di wilayah sengketa.
Departemen Luar Negeri mengatakan kepada Kongres AS tak mengeluarkan dana apapun sejak 2011 dan 2012. Departemen menekankan saat ini perlu meningkatkan kemampuan antiterorisme Pakistan.