BRUSSEL -- Pemimpin Oposisi Myanmar menyatakan perlunya perubahan konstitusi negara itu untuk menjamin pemilu yang akan digelar pada 2015 lebih demokratis.
Aung San Suu Kyi menginginkan agar konstitusi Myanmar diamandemen dan menyebut pemilu di Myanmar tidak akan demokratis tanpa konstitusi baru. Peraih nobel itu bertemu kepala Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso di Brussels pada hari Sabtu (19/10).
Myanmar akan menggelar pemilihan parlemen pada 2015 dan dilanjutkan pemilihan Presiden oleh para anggota parlemen yang baru itu. Suu Kyi menyatakan siap bertarung untuk meraih kursi presiden.
Namun, konstitusi Myanmar yang saat ini dibuat di bawah era rezim militer bisa mengahalangi kemungkinan Suu Kyi menjadi presiden karena mengecualikan siapa saja yang berpasangan atau merupakan anak-anak warga negara asing untuk menjabat presiden. Dua putra Suu Kyi berwarga negara Inggris melalui ayah mereka, mendiang Michael Aris.