Selasa 22 Oct 2013 01:17 WIB

Kepala Keamanan Libya Akui Penahanan Perdana Menteri

Perdana Menteri Libya, Ali Zidan.
Foto: smh.com.au
Perdana Menteri Libya, Ali Zidan.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGHAZI -- Kepala keamanan Libya, yang dituduh terlibat dalam penculikan Perdana Menteri Ali Zeidan 10 hari lalu, pada Ahad (20/10) mengatakan berada di balik penahanan itu dan merasa bangga dengan tindakan tersebut.

Kelompok bersenjata menangkap Zeidan di hotel di Tripoli pada 10 Oktober, sebelum dibebaskan kembali dan muncul di televisi beberapa jam kemudian. Ketika muncul di televisi, Zeidan menuding satu partai politik berada di balik percobaan "kudeta".

"Saya adalah orang yang menahan Ali Zeidan dan saya bangga akan hal itu," kata Abdelmonem Essid, kepala unit anti-kejahatan kementerian dalam negeri Libya, kepada para wartawan di Tripoli, seperti dilansir AFP, Senin (21/10).

Essid mengeluarkan pernyataan itu dalam sebuah jumpa pers yang diadakan oleh dua anggota Islamis Kongres Nasional Jenderal, Mohammed al-Kilani dan Mustafa al-Triki, untuk membantah keterlibatan mereka dalam penculikan singkat tersebut. Zeidan mengatakan ketiga orang itu adalah sebagian dari pemimpin penculikan.

Esside berupaya untuk mencari pembenaran bagi tindakan penahanan itu dengan menuduh Zeidan terlibat dalam dua kasus obat-obatan terlarang dan korupsi. "Obat-obatan terlarang itu disita dari mobil Ali Zeidan pada bulan Juni," kata Essid. Ia mengatakan tidak ada "bukti bahwa Zeidan mendapatkan kekebalan".

Letupan Essid itu ditanggapi dengan bulan-bulanan di jaringan-jaringan media sosial, dengan beberapa orang menyebut pernyataannya itu sebagai lelucon.

Sementara itu, kedua politisi Islamis mengatakan Zeidan telah mendepak mereka hanya untuk menutupi kegagalannya dalam menjalankan pemerintahan. Kilani dan Triki mengaku mencoba menurunkan pemerintahan Zeidan, namun menambahkan bahwa mereka tidak bisa mengumpulkan cukup dukungan di Kongres.

Pada Senin, Zeidan menekankan bahwa para penangkapnya telah memaksanya untuk mengundurkan diri. Perdana menteri itu mengatakan pada jumpa pers terpisah bahwa para anggota Kongres telah gagal menggulingkan pemerintahan dengan jalan demokratis dan berupaya menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement