Selasa 22 Oct 2013 09:15 WIB

AS Redam Kemarahan Prancis Terkait Program Mata-mata

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.
Foto: AP PHOTO
Presiden Prancis, Francois Hollande (kiri) dan Presiden AS, Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat berupaya meredam kekhawatiran Prancis terkait klaim Badan Keamanan Nasional AS (NSA) yang diam-diam merekam jutaan panggilan telepon di Prancis.

Presiden Barack Obama meminta Presiden Prancis Francois Hollande untuk membahas masalah ini. Sementara Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mengatakan Prancis merupakan salah satu sekutu tertua AS.

Presiden Hollande mengatakan kepada pemimpin AS tentang ketidaksetujuannya pada program mata-mata. Klaim tersebut mengatakan panggilan otoritas, bisnis, terduga pelaku teror dilacak. Hal itu dilaporkan surat kabar Prancis, Le Monde yang mengutip dokumen yang dibocorkan Edward Snowden, mantan kontraktor NSA.

Pernyataan Gedung Putih mengatakan kedua presiden akan membahas masalah tersebut. "Presiden Obama menjelaskan AS mulai meninjau ualang bagaimana kami mengumpulkan intelijen, sehingga kami menyeimbangkan soal legitimasi keamanan warga negara dan aliansi dengan masalah privasi yang semua orang bagi," ujar pernyataan yang dilansir BBC, Senin (21/10).

Hollande mengatakan praktek mata-mata tersebut tidak dapat diterima antara teman dan aliansi karena mereka melanggar privasi warga Prancis. Dia meminta penjelasan Obama terkait hal tersebut. Sementara itu, Kerry yang tengah berada di Paris mengatakan AS akan melanjutkan konsultasi bilateral untuk mengatasi masalah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement