Jumat 25 Oct 2013 21:39 WIB

Hati-Hati Pelajar Internasional Sering Dieksploitasi di Australia

Red:
Pelajar asing di Australia
Pelajar asing di Australia

CANBERRA -- Serikat Buruh yang mewakili pekerja hospitality dan cleaner di Australia meluncurkan kampanye untuk membongkar perilaku pengusaha yang mengeksploitasi para pelajar internasional.

United Voice mengatakan, para pelajar internasional termasuk yang paling dieksploitasi. Di Melbourne misalnya, mereka mengerjakan pekerjaan dengan upah paling rendah."Kami mendengar laporan dari industri hospitality tentang pelajar internasional yang dibayar tujuh atau delapan dollar (AUD) per jam," kata Jess Walsh, Sekretaris United Voice Victoria. "Padahal di Australia upah minimum adalah sekitar 16 dollar per jam."

Dr Mark Zirnsak dari Justice and International Mission dari Uniting Church mengatakan, terdapat sejumlah kasus dimana pelajar asing yang bekerja sebagai cleaner belum pernah bertemu dengan majikan atau melihat slip gaji mereka.

Sebuah survey oleh Serikat Buruh  terhadap 200 pelajar internasional mendapati, seperempatnya menerima 10 dollar per jam atau kurang, dan 60 persen dibayar di bawah upah minimum.

Selain itu, kata United Voice, para pelajar melaporkan mengalami diskriminasi dan perlakuan buruk. Berdasarkan persyaratan visa mereka, para pelajar internasional diijinkan bekerja maksimum 20 jam seminggu.

Banyak pelajar internasional perlu bekerja untuk membiayai diri selagi belajar, tapi menurut Serikat Buruh, mereka sering dimanfaatkan oleh majikan yang curang.

Kata Dr Zirnsak dari Uniting Church, banyak yang terjebak dalam situasi ini tidak berani mengajukan komplain atau melapor ke pihak berwenang atau serikat buruh karena takut malah dipersulit.

Seorang pelajar yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan kepada ABC, ia kesulitan mencari pekerjaan padahal ia perlu uang untuk membayar sewa rumah. Ia datang ke Australia di tahun 2009 dan mengalami kesulitan mencari pekerjaan, maka ia terpaksa menjadi cleaner dengan upah 10 dollar per jam.

Akhirnya ia mendapat pekerjaan cleaning dengan upah 17 dollar per jam, tapi ini masih 7 dollar lebih rendah dari persetujuan upah untuk cleaner perkantoran.

United Voice mengatakan, pelajar ini, dan banyak lainnya, dipekerjakan oleh subkontraktor cleaning, yang terkenal suka membayar di bawah upah minimum.

Perusahaan-perusahaan yang menggunakan subkontraktor semakin sering menjadi sasaran protes keras.

Pada bulan September, United Voice menggerebek 13 gedung perkantoran di Melbourne dan mendapati subkontraktor di sembilan gedung membayar pelajar internasional yang bekerja sebagai cleaner dengan upah di bawah standar.

Sebagian perusahaan sudah dipanggil oleh pengadilan khusus yang menangani sengketa di tempat kerja dan didenda di pengadilan.

Namun pihak serikat buruh dan para pendukungnya mengatakan, pelanggaran ulang sering terjadi dan menangkap basah perusahaan-perusahaan itu tidak mudah.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement