Jumat 25 Oct 2013 21:40 WIB

Australia Dinilai Gagal Atasi Kegemukan Warganya

Red:
Junk Food
Junk Food

CANBERRA -- Mantan Kepala Bidang Pencegahan pada Unit Kerja Kesehatan Nasional, Professor Rob Moodie mengatakan, Australia gagal dalam kebijakan kesehatan yang menyangkut obesitas atau kegemukan. Hal itu disebabkan industri makanan junk food negara ini sangat kuat dan menyulitkan pemerintah untuk mengatasi kegemukan.

Dalam wawancara dengan ABC, Prof. Moodie mengatakan, data yang dirilis Institut Hati dan Diabetes menunjukkan 40 persen warga Australia dikategorikan mengalami obesitas. "Ini jauh lebih banyak daripada pengukuran index berat badan yang menyebutkan jumlah sekitar sekitar 27 persen," katanya.

Ia menjelaskan, Australia membuat kemajuan pesat dalam kebijakan tembakau, di antaranya adanya ketentuan bungkus rokok tanpa merek. Namun hal itu tidak terjadi dalam industri makanan junk food. "Karena mereka lebih kuat dari industri rokok," jelas Prof. Moodie.

Dikatakan, industri junk food menggunakan pendekatan yang sama dengan industri rokok. "Jika ingin membuat aturan atas hal ini, anda akan berhadapan dengan produsen, retailer, perusahaan iklan, dan media sendiri. Juga organisasi olahraga yang disponsori mereka," katanya.

Unit Kerja Kesehatan Nasional empat tahun lalu memulai upaya reformulasi bahan-bahan makanan, mengurangi takaran garam, lemak, dan gula yang harus dicantumkan dalam sistem label produk makanan.

Namun, kata Prof. Moodie, warga Australia dalam lingkungan yang disebut obesogenic, yang artinya lingkungan yang dipenuhi junk food, didukung oleh iklan, harga murah dan justru lebih banyak tersedia di daerah lebih miskin. "Jadi ini merupakan lingkungan yang sulit bagi warga berpenghasilan dan berpendidikan rendah," tambahnya.

Menurut Prof. Moodie, saat ini Australia termasuk ke dalam lima besar dunia dalam masalah obesitas atau kegemukan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement