REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan intelejen negara penghasil terbesar opium dunia, Afghanistan, memecat 65 pegawainya setelah menemukan bahwa mereka kecanduan heroin, kata kepala Dinas Keamanan Negara (NDS) Rahmatullah Nabil pada Selasa.
Pengumuman tersebut disampaikan beberapa pekan setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Afghanistan, yang menghasilkan 80 persen opium dunia, terancam menjadi "negara narkotika".
"Kami memberhentikan 65 pegawai, yang mengalami ketergantungan heroin. Upaya kami akan terus dilanjutkan untuk membersihkan negara dari narkotika," kata Nabil kepada parlemen.
Pegawai tersebut didapati mengalami ketergantungan heroin dalam program khusus untuk memberantas peredaran obat terlarang di antara petugas NDS, kata Nabil. Program tersebut dimulai di Kabul, namun akan diperluas sampai ke seluruh petugas NDS di 34 provinsi.
Nabil tidak menyatakan kapan pemecatan tersebut terjadi. Dia dan juru bicara NDS tidak dapat dihubungi untuk menjelaskan hal tersebut.
Usaha membersihkan badan intelejen dari ketergantungan narkoba tersebut diperkirakan akan mendapat sambutan hangat dari masyarakat internasional, yang telah berperang selama 12 tahun melawan Al Qaeda dan Taliban dan berharap agar pasukan keamanan Afghanistan dapat memperingan beban tersebut.
Pasukan internasional NATO akan mulai mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan menjelang berakhirnya misi pada akhir tahun 2014.