REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Internasional kembali mendesak transisi kekuasaan di Suriah. Sebelas menteri luar negeri bertemu di London, Inggris, Senin (21/10) waktu setempat. Mereka menyatakan solusi politik di Suriah harus menjauhkan Presiden Bashar Al Assad sebagai peserta transisi.
''Kami pikir perang di sana (Suriah) tidak akan berhenti jika Assad masih tetap menginginkan kekuasaan,'' kata Menlu Amerika Serikat (AS), John Kerry, seperti dikutip Aljazirah.
Kerry mengatakan internasional setuju mengeliminasi Assad dari pusaran politik lokal.
Inggris jadi tuan rumah kehadiran sebelas Menlu Liga Arab dan Barat. Mereka menyebut diri sebagai 'Teman Suriah'. Hadir antara lain, AS, Prancis, Jerman, dan Italia. Sedangkan, Liga Arab menghadirkan Mesir, Arab Saudi, Qatar, Jordan, dan Uni Emirat Arab.
Pertemuan mengharapkan terbentuknya Konfrensi Jenewa II. Jenewa I berhasil membawa pengawas senjata kimia internasional masuk ke Suriah.
Jenewa II direncanakan akan digelar 23 November mendatang. Rencana itu mengharuskan pemilu sebagai jalan mengakhiri Perang Suriah. Pemilu menjadi pilihan utama penyelesaian damai Perang Suriah.
Jika sesuai jadwal, pemilihan presiden Suriah akan digelar tahun mendatang. Namun, rencana pesta demokrasi itu tidak mudah. Bukan lantaran keamanan, tapi disebabkan kehendak politik yang bertentangan.
Kerry mengatakan Koalisi Oposisi Suriah (SNC) tegas menolak pemilu jika Assad masih terlibat. Desakan tersebut telah lama diutarakan. SNC bahkan sudah membentuk pemerintahan sendiri di Ankara, Turki, tahun lalu.
Namun, kemauan SNC itu juga sulit terwujudkan. Assad dalam setiap kesempatan mengatakan tetap menginginkan perundingan.
Namun, Assad menegaskan tidak meladeni pemberontak jika tanpa menyerahkan senjata. Assad mengajak agar SNC bertarung lewat pemilu.