Rabu 23 Oct 2013 16:34 WIB

Australia Desak Warganya Evakuasi

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Djibril Muhammad
Kebakaran hutan
Foto: blogspot
Kebakaran hutan

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemerintah Australia meminta warganya di New South Wales mengevakuasi diri. Perintah itu menyusul situasi makin parah akibat kebakaran hutan di wilayah tersebut.

Kementerian Australia meminta warganya mencari tempat tinggal sementara untuk perlindungan. "Izinkan saya memberi tahu anda. Masuk ke mobil dan berkendaralah ke pusat kota, dan biarkan pemadam (kebakaran) bekerja untuk menyelamatkan anda," kata Menteri Darurat Negara Michael Gallacher, seperti dikutip Aljazirah, Rabu (23/10).

Kebakaran hutan melanda kawasan barat Kota Sydney sejak Kamis (17/10). Kondisi terparah terjadi di wilayah Blue Montains dan Mount Victoria.

Puluhan titik api menghanguskan pemukiman. Hingga sekarang, tercatat satu tewas akibat kebakaran paling besar di Negeri Kanguru itu.

Selain menewaskan korban jiwa, tercatat 200 rumah ludes terbakar. Tidak kurang dari 120 ribu hektare lahan kering berubah menjadi api.

Gallacher mengatakan, situasi belum mengalami keadaan baik. Alih-alih padam, beberapa titik api baru diperkiran muncul.

Kondisi makin diperparah dengan kondisi cuaca akibat angin panas. Ia mengatakan, suhu rata-rata di Australia mencapai 30 drajat celsius.

Angin kencang dan kering tercatat mencapai 100 kilo meter per jam. Di Sydney suhu panas mencapai 35 derajat celcius. "Ini sangat panas," kata Gallacher.

Kondisi tersebut semakin memperparah kebakaran hutan.Komisioner Rural Fire Service NSW Shane Fitzsimmons sepekan kebakaran, jumlah personil pemadam terus ditambah.

Tercatat tiga ribu pemadam gabungan dari negara bagian lain ambil bagian mengatasi kebakaran. Penambahan pemadam menunjukkan situasi yang tidak membaik.

Di Blue Montain seribu pemadam menjaga api agar tidak melewati ambang radius. Sementara di sisanya berada di Mount Victoria. "Kita menghadapi potensi kehilangan rumah yang lebih banyak," kata dia.

Bahkan menurut Fitzsimmons situasi mengancam kehidupan. "Jika anda belum mempersiapkan diri, berpikirlah untuk meninggalkan rumah anda dan pergi," kata Pejabat NSW Barry O'Farrel kepada BBC News, Rabu (23/10).

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement