Rabu 23 Oct 2013 23:59 WIB

Oposisi Suriah Belum Putuskan Berdamai

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Pasukan pemberontak oposisi Suriah
Foto: Reuters
Pasukan pemberontak oposisi Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kelompok Koalisi Oposisi Suriah (SNC) belum merespon untuk menghadiri konfrensi damai di Jenewa bulan mendatang. Kelompok pemberontak garis utama itu mengatakan pemimpin oposisi akan memutuskan tawaran perundingan selambatnya pekan depan.

''Kami membutuhkan waktu satu pekan untuk memberi jawaban,'' kata Kepala SNC Ahmad al-Assi Jarba, seperti dilansir Reuters, Rabu (23/10). 

Para pemimpin kelompok opisisi belum merapatkan barisan menanggapi kemauan internasional tentang pembicaraan perundingan. Jarba juga tidak menanggapi banyak tentang rencana gagasan internasional tersebut. 

BBC News melaporkan salah satu kelompok oposisi garis utama mengancam untuk memboikot rencana perdamaian. Ancaman serupa pernah dilontarkan SNC dalam rencana perdamaian sebelumnya. 

Liga Arab, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) membentuk blok baru bernama 'Teman Suriah'. Blok ini mencari cara mengakhiri dua setengah tahun perang sipil antara Presiden Suriah dan kelompok pemberontak. Teman Suriah berkumpul di London, Inggris, sejak Senin (21/10).

Sebanyak 11 menteri luar negeri Teman Suriah setuju dengan terselenggaranya Konfrensi Jenewa II. Konferensi itu mendesak dialog perdamaian dua petikai. Konfrensi Jenewa II direncanakan akan berlangsung 5 November mendatang. Konfrensi tersebut mengharuskan dua petikai hadir.Namun upaya tersebut bukan mudah. 

Menlu AS John Kerry mengatakan Konfrensi Jenewa II adalah bentuk kemajuan dukungan internasional. Namun, Kerry tidak menjamin kemauan para petikai untuk hadir dalam pertemuan itu. Selanjutnya, Kerry menambahkan Konfrensi Jenewa II adalah sebatas tanggung jawab internasional.

''Anda dapat memenangkan negosiasi di atas meja tanpa memakan waktu dengan peperangan dan menghilangkan nyawa untuk memenangkan peperangan,'' kata Kerry. 

Kerry berharap dua kubu petikai menanggapi respon perdamaian kali ini. Sementara itu Menlu Inggris William Hague mengatakan konstruksi perdamaian di Suriah mengharuskan adanya transisi kekuasaan di Ibu Kota Damaskus. Hague tidak menyebutkan syarat transisi tersebut. 

Hague mengatakan transisi mesti disetujui Assad dan SNC.Hague menambahkan, Konfrensi Jenewa II diharapkan mengambil konklusi matang tentang perdamaian. Sebelumnya Hague mengatakan tidak akan melibatkan Republik Islam Iran dalam rencana kali ini. Namun secara diplomatis, Inggris akan memanfaatkan peran Teheran di pinggiran.

''Iran dibutuhkan untuk memberi peran yang lebih konstruktif. Tapi Iran bukan bagian dari Teman Suriah dan Jenewa II,'' kata Hague.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement