REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sedikitnya delapan polisi dan dua militan tewas Rabu (23/10) dalam bentrokan selama penyerbuan oleh pasukan keamanan di Sidi Bouzid, Tunisia selatan. Demikian kata beberapa sumber keamanan dan televisi pemerintah.
Kekerasan Rabu itu terjadi beberapa hari setelah pasukan keamanan membunuh 10 militan yang dituduh menyerang patroli polisi Tunisia di sebuah daerah terpencil dekat perbatasan dengan Aljazair yang menewaskan dua aparat.
Pihak berwenang Tunisia menuduh kelompok Ansar al-Sharia mendalangi serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan di negara itu.
Ansar al-Sharia adalah kelompok berhaluan paling keras yang muncul di Tunisia sejak pemberontakan 2011 menggulingkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali dan mengilhami pemberontakan Arab di sejumlah negara lain.
Menteri Dalam Negeri, Lotfi Ben Jedou, mengatakan di televisi pemerintah bahwa orang-orang bersenjata yang tewas atau ditangkap terkait dengan Ansar al-Sharia. Pihak berwenang menyebutkan kelompok itu berafiliasi dengan sayap Alqaidah Afrika Utara.
Pemerintah Tunisia, yang dipimpin oleh partai moderat Ennahda yang berkoalisi dengan dua partai sekuler kecil, didesak agar menangani ancaman keamanan dari militan untuk membantu mengamankan peralihan demokratis negara Afrika Utara itu.
Ennahda menanggapi dua bulan lalu dengan mengumumkan Ansar al-Sharia sebagai sebuah organisasi teroris dan menuduh kelompok itu membunuh dua pemimpin oposisi sekuler tahun ini.