Jumat 25 Oct 2013 07:28 WIB

Queensland Berlakukan Zona Bebas Buaya

Red:
Buaya
Buaya

PERTH -- Pemerintah Queensland di sejumlah kawasan memberlakukan kebijakan ‘zona bebas buaya’ yang bertujuan untuk mengurangi resiko serangan buaya. Dan rencana itu telah mendongkrak harapan warga Utara Jauh Queensland untuk bisa berenang dengan aman seperti masyarakat di bagian Selatan Queensland.

Keberadaan  satwa buaya di Australia menimbulkan rasa takut sekaligus daya tarik. Dalam rantai makanan, seekor buaya dewasa dapat mengoyak tubuh orang dewasa hingga potongan kecil atau menelan seorang anak atau anjing peliharaan dalam beberapa tegukan.

Buaya pada dasarnya tidak disukai, namun turis dan warga lokal selalu  menyediakan tempat kecil untuk predator nomor satu di Australia tersebut.

Namun pemerintah Queensland memutuskan jumlah buaya di  kawasannya sudah cukup banyak.

Di kawasan Utara jauh Queensland, pengelola kawasan konservasi tengah mengujicobakan kebijakan tidak mentolerir sama sekali mendekati reptil.

Aturan  yang mulai  berlaku Juli lalu itu menjadikan sejumlah kawasan sebagai ‘Zona Bebas Buaya’, yang membolehkan warga memasang pagar penghalang untuk mencegah buaya-buaya kembali ke kawasan tersebut.

Salah satu kawasan yang sudah menerapkan kebijakan ini adalah di kawasan Sungai Ross di atas bendungan Aplin di Townsville.  Tapi zona lain sudah ditandai sebagai kawasan beresiko dan patroli dikawasan itu kian ditingkatkan. Masyarakat dibolehkan  memusnahkan binatang apapun dalam jarak 2 meter.

Aturan ini juga diterapkan di seluruh wilayah metropolitan Cairns dan di hinterland utara serta di pantai-pantai.

Sebagian besar zona ini telah lebih ditargetkan sebagai  kawasan "pembasmian  proaktif’ dari semua buaya.

Kebijakan pembasmian buaya ini melibatkan para pemburu dan petugas lingkungan Queensland dan Departemen Perlindungan Warisan.

Sejak awal tahun lalu, mereka sudah membasmi 26 ekor buaya dengan mempertaruhkan hidup mereka ketika  menangkap buaya-buaya tersebut.

Guna mengantisipasi beban kerja yang meningkat, pemerintah siap mengumumkan pemberian kontrak pribadi untuk pelacakan dan penghapusan reptil buaya dari daerah Cairns yang  berlaku selama 12 bulan.

Berbeda dengan Northern Territory, Queensland tidak membolehkan pemusnahan buaya liar yang  tertangkap. Sebaliknya hewan itu ditangkap dan kemudian diambil untuk dipelihara di peternakan buaya dan digunakan sebagai hewan yang dibiakan.

Keturunan mereka akhirnya akan menjadi komoditas daging tinggi protein, tas, ikat pinggang dan sepatu.

Menuai pro kontra

Kebijakan zona pemusnahan buaya ini masih diberlakukan secara terbatas di Cairns, Townsville, Cassowary Coast dan Hinchinbrook.  Namun kebijakan ini sudah menuai pro dan kontra antara masyarakat dan pakar.

Masyarakat yang mendukung kebijakan ini menyebut aturan itu sebagai upaya lebih baik aman daripada menyesal.

Salah seorang peselancar mengatakan dirinya pernah melihat ada buaya kecil di air dan melihat ada orang yang mengayuh perahu untuk berusaha melihat lebih dekat.

"Menurut saya sudah terlalu ya. Kita memiliki kebutuhan untuk menggunakan pantai seperti masyarakat di Selatan. Tapi jika ada buaya yang muncul  di  perairan disini, maka akan memicu kepanikan dan jeritan tangis," kata Cols Sparkes, manager regional Surf Lifesaving di North Queensland.

Sementara para pemburu mengatakan populasi buaya saat ini tergolong cukup stabil. Dalam survey regular mereka di perairan sekitar Cairns, mereka mengakui buaya masih dijumpai setiap 1 kilometer di sungai.

Tapi mereka tidak menampik kalau memang ada peningkatan jumlah penduduk yang turut meningkatkan penggunaan perairan dan pantai di kawasan itu baik untuk memancing, berperahu, berselancar dan kegiatan bersenang-senang lainnya.

Dengan alasan ini pakar satwa dari Universitas Queensland, Craig Franklin menilai kebijakan ini ‘salah sasaran’ dan kurang kredibilitas sainsnya.

Franklin menilai aturan itu malah akan menciptakan perasaan aman palsu, terutama di daerah-daerah yang dinyatakan sebagai kawasan bebas buaya.

"Warga akan merasa  itu wilayah pembasmian, itu kawasan pembasmian proaktif, tidak boleh ada buaya dikawasan tersebut, jadi sangat aman untuk menyelam dan berenang di perairan dikawasan tersebut yang sebenarnya justru menempatkan mereka  dalam ancaman,” katanya.

Selain itu Professor Franklin, juga menyatakan kekhawatirannya  jika buaya dimusnahkan maka akan dapat mengganggu rantai makanan penduduk  lokal dan merusak ekosistem.

"Jika tidak ada buaya, maka di masa datang akan banyak ikan lele emas dan mereka bisa  menjadi predator bagi barramundi jadi akan sedikit barramundi yang tersisa di perairan disana, sehingga harganya akan mahal.” Tegasnya.

Sejauh ini belum ada bukti yang menggambarkan peningkatan serangan buaya di Queensland. Karenanya skema ini dianggap sebagai bentuk dari perebutan lahan antara manusia dan buaya menyusul berkembangnya populasi manusia di Queensland dan jalan keluar untuk mengelola ketakutan masyarakat terhadap serangan buaya.

Serangan buaya  memang meningkat di Australia pasca dicabutnya larangan berburu buaya. Serangan buaya fatal terakhir di Queensland  tercatat tahun 2009  di Sungai Daintree River,

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement