Kamis 24 Oct 2013 19:37 WIB

Afghanistan Buka Sekolah Militer Pertama

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Bendera Afghanistan
Foto: blogspot.com
Bendera Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, Tentara Nasional Afghanistan resmi membuka sekolah akademi militer pertama bagi negara itu. Brigadir Jenderal Maurice Sheen sementara ditunjuk sebagai kepala sekolah. 

Jenderal Angkatan Darat asal Inggris itu mengatakan seleksi pertama ini berlangsung selektif. Menurutnya, calon tidak perlu pamer dari mana asal dan berasal dari keturunan siapa. 

Calon perwira didikannya tidak perlu mengutamakan suku atau trah sosial keluarga. Apalagi sampai sogok sana suap sini. Calon perwira dipilih hanya berdasarkan prestasi mereka. ''Ini akan menjadi dasar seleksi yang sangat kompleks,'' kata dia seperti dilansir Al Jazeera.

Afghanistan mengharuskan regenerasi tentara nasional. Keberadaan tentara sekutu atau NATO di negeri itu, tidak selamanya. Tahun mendatang, komandan sekutu, resmi menarik semua pasukan perangnya dari Afghanistan. 

Hal tersebut menjadi taruhan besar bagi Pemerintahan di Kabul. Saat ini, jumlah militer Afghan hanya sekira 185 ribu personel. Jumlah tersebut memang dikatakan besar dan cepat. Namun, jumlah itu tidak memberikan jaminan keamanan bagi negara seperti Afghanistan. 

Sejak penggulingan rezim Taliban, Kabul masih rawan. Selain itu, jumlah pasukan tidak memunculkan nama-nama yang pantas memegang kendali angkatan perang. Sekolah militer calon jenderal diperlukan untuk menempa para serdadu tersebut. 

Persoalan lain, kekuatan angkatan perang saat ini menghadapi tantangan yang menakutkan. Dikatakan banyak tentara buta huruf, tekanan psikologis dari korban, desersi, dan sukuisme. 

Perwira masa depan akan memiliki pekerjaan menuntut kesetian terhadap negara, bukan terhadap suku atau agama. Di hari pertama pembukaan, sekira 10 ribu pemuda dan pemudi tercatat ikut mendaftar sebagai calon pemimpin angkatan bersenjata di negara invansi Amerika Serikat (AS) itu.

Namun, tidak mudah. Dari para pelamar hanya 470 orang yang masuk. Sebanyak 200 diantaranya adalah laki-laki, selebihnya perempuan. Jatah bagi perempuan menjadi penanda arah maju kesetaraan tanggung jawab bela negara antara laki-laki dan perempuan Afghan.

Seorang calon perwira, Kadet Haji Mohammed mengaku bersyukur namanya tercatat diantara 200 laki-laki yang diterima masuk ke sekolah militer. Pengalamannya selama empat tahun di pasukan khusus Afghanistan tidak akan sia-sia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement