REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Muncul tuduhan dari mantan pemimpin Meksiko, Rabu (23/10) bahwa Amerika Serikat telah memata-matainya. Klaim itu datang setelah keluar laporan yang menyebutkan badan intelijen AS telah menyadap Presiden Enrique Pena Nieto dna pendahulunya.
Mantan presiden Vicente Fox, Rabu, mengatakan bahwa "tentu saja " ia dimata-matai pada saat masih berkuasa antara 2000-2006, setelah muncul laporan bahwa Amerika Serikat menyadap penggantinya, Felipe Calderon dan Enrique Pena Nieto.
"Seseorang harus terbiasa dengan itu," kata Fox pada Radio MVS selama perjalanan ke Madrid, seraya menambahkan kegiatan memata-matai dimulai sebelum ia menjabat. "Selama kampanye pemilihan saya, mereka mengikuti langkah demi langkah saya, setiap hari, memfilmkannya dan merekam," tuturnya.
Hanya saja Fox tak membesarkan kegiatan intelijen yang dilakukan negara tetangganya di utara itu, dengan mengatakan bahwa semua pemerintah, termasuk Meksiko, memata-matai satu sama lain.
"Ini bukan hal yang baru bahwa ada spionase di setiap pemerintahan di dunia, termasuk Meksiko," katanya. "Saya tidak memahami itu sebagai skandal."
Pena Nieto, yang mengambil alih kekuasaan pada bulan Desember , telah memerintahkan penyelidikan pada laporan yang menyebutkan jika Badan Keamanan Nasional AS (NSA)meretas surat elektroniknya ketika dia menjadi kandidat tahun lalu, juga pesan-pesan Calderon saat ia menjabat.
Pemerintah Meksiko mengatakan akan memanggil duta besar Amerika Serikat. Sementara Calderon menyebut aksi penyadapan itu sebagai suatu "penghinaan".
"Ini adalah perilaku tidak koheren, memata-matai dan lantas mengeluh karena Anda dimata-matai balik, Ini tidak masuk akal , " kata Fox .