Sabtu 26 Oct 2013 03:00 WIB

Warga Suriah Rentan Terkena Penyakir Menular

Pengungsi Suriah di Desa Al Marj, Lembah Bekaa, Lebanon.
Foto: EPA/Lucie Parsaghian
Pengungsi Suriah di Desa Al Marj, Lembah Bekaa, Lebanon.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Mereka meninggalkan negeri mereka untuk menyelamatkan diri dari pertempuran, peluru dan bom, namun di negeri asing mereka menghadapi penyakit kulit yang mudah menular.

Saat melihat bercak berwarna merah dan gelap di seluruh tubuh para pengungsi, beberapa dokter memberitahu Alian Al-Hamidi bahwa semua empat anaknya terserang kudis, penyakit menular yang mengakibatkan gatal dan nyeri sekali.

Al-Hamidi (60) berasal dari Provinsi Idlib di Suriah Timur-laut dan kini mencari tempat perlindungan bersama keluarganya di Lebanon. Ia tidak puas dengan perlakuan yang diberikan untuk anak-anaknya, dan mengatakan salep yang diberikan secara gratis tak cukup untuk menghilangkan masalah yang dihadapinya dan ia memutuskan untuk pindah ke Damaskus.

Meskipun ada resiko keamanan, perawatan di sana lebih baik, kata Al-Hamidi sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat (25/10) Malam.

Seorang pengungsi lain, Salma Al-Oueissi, mengatakan anaknya yang berusia tujuh tahun tetap menderita penyakit kudis "meskipun sudah dirawat selama satu bulan di salah satu klinik yang dikelola Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) di Lembah Bekaa".

Data statistik yang dikumpulkan oleh satu lembaga bantuan memperlihatkan di antara setiap 50.000 pengungsi Suriah yang menjalani pemeriksaan medis, ada 4.000 perempuan hamil. Di antara mereka terdapat 850 orang yang terserang kudis dan 400 orang lagi diserang kutu, kata seorang pekerja medis yang tak mau disebutkan jatidirinya di satu desa Lebanon kepada Xinhua.

Penyakit tersebut mengakibatkan penderitaan tambahan bagi pengungsi. Abdel Hamid Al-Assafiri, pengungsi dari Kota Aleppo di Suriah Utara, mengatakan penanganan sekolah resmi di Rachaya, Lembah Bekaa, mengeluarkan tiga anaknya karena mereka terserang kudis dan kutu.

Kepala sekolah di sana mengatakan "anak-anak saya takkan diterima kembali sebelum terbebas dari penyakit menular itu", kata Al-Assafiri.

Seorang pejabat di salah satu lembaga bantuan asing mengatakan salah satu metode untuk mengatasi ancaman wabah penyakit menular tersebut ialah melalui peningkatan kesadaran pengungsi melalui seminar dan pelajaran khusus. Selain juga perlu disediakan obat untuk menyembuhkan pasien dari kudis dan kutu di semua klinik dan rumah sakit.

Dalam waktu dua pekan belakangan, sebanyak 75.000 pengungsi anak Suriah diberi vaksin cacar dan campak di Bekaa Barat, dan kegiatan itu akhirnya direncanakan mencapai semua 800.000 pengungsi Suriah di Lebanon.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement