REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jerman dan Brasil sedang menyusun resolusi untuk Sidang Umum PBB yang meminta akhir dari invasi privasi dan mata-mata yang berlebihan setelah mantan kontraktor intelijen AS mengungkapkan program surveilans internasional yang besar. Hal tersebut diungkapkan oleh diplomat PBB pada Jumat (25/10)
Presiden Brasil, Dilma Rousseff dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, keduanya mengutuk pengintaian luas yang dilakukan oleh Agensi Nasional Keamanan AS (US National Security Agency)
Tuduhan bahwa NSA mengakses puluhan ribu catatan telepon Perancis dan mengawasi telepon genggam Merkel merupakan suatu penghinaan bagi Eropa. Jerman mengatakan pada Jumat bahwa ia akan mengirim kepala intelijen terbaiknya ke Washington pekan depan untuk mendapat jawaban dari Gedung Putih.
Beberapa diplomat PBB mengatakan pada Reuters, bahwa dalam menanggapi pengungkapan tentang mata-mata Amerika, yang berasal dari buronan mantan kontraktor NSA Edward Snowden, delegasi PBB dari Jerman dan Perancis telah mulai merancang resolusi yang akan disampaikan di Sidang Umum ke 193 negara.
''Resolusi ini mungkin akan mendapat dukungan yang besar di SU (Sidang Umum), karena tidak ada yang suka NSA memata-matai mereka'', kata seorang diplomat PBB Barat pada kondisi anonimitas.
Resolusi Sidang Umum tidak mengikat seperti resolusi-resolusi Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara. Tapi resolusi sidang yang mendapat dukungan luas secara internasional dapat membawa beban moral dan politik yang signifikan.
Merkel menuntut pada Kamis bahwa Washington menyerang pernyataan "tanpa mata-mata" terhadap Berlin dan Paris di akhir tahun. Dia juga menambahkan bahwa ia ingin Presiden Barack Obama melakukan aksi bukan sekadar kata maaf.