Ahad 27 Oct 2013 21:28 WIB

Assad Gunakan Kartu Kurdi Melawan Turki

Bahasa Kurdi (ilustrasi).
Foto: vertigomagazine.co.uk
Bahasa Kurdi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ibarat sebuah permainan catur, seorang pengamat politik dari Turki mengatakan, kemenangan dan pergerakan pasukan Kurdi yang sangat bebas di Suriah merupakan strategi Presiden Bashar al-Assad untuk memecah belah pihak oposisi dan sekaligus mengirim pesan kepada Turki.

"Assad ingin menjadikan koalisi oposisi sepecah mungkin," kata Serhat Erkmen, seorang Profesor Hubungan Internasional di Universitas Ahli Evran, Ahad, kepada Sunday's Zaman.

Assad juga telah mengirimkan pesan kepada kepada penduduk Kurdi di Suriah melalui Omar Ose, pemimpin mereka di sana, bahwa dirinya bersedia memberikan hak otonomi bagi mereka, dilaporkan Milliyet Daily, awal minggu ini.

Dalam sebuah peryataan yang dibuat Ose ke sebuah situs Kurdi Rudaw dan Avestakurd, dia mengatakan dia sudah berjumpa Assad dua kali. Dan Assad juga senang Ose mengunjungi wilayah Kurdi di Irak.

Presiden Assad juga telah memerintahkan pasukannya agar tidak bertempur melawan pejuang Kurdi. Menurut Ose, Assad juga bersedia menerima Massoud Barzani, Presiden wilayah Kurditan Irak, sebagai Presiden Kurdistan Selatan.

Langkah ini akan mengganggu hubungan dengan Turki yang mempunyai penduduk warga Kurdi yang cukup besar dan proses perdamaian dalam negeri belum selesai.

"Langkah akhir Assad melawan Turki adalah dengan menekan Turki dengan memberikan akses wilayah ke Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Partai Uni Demokratik Suriah (PYD), sempalan PKK, sebuah wilayah di utara Suriah, dimana mereka bisa beroperasi dengan bebas," kata Mesut Hakkı Caşın, Dosen Hubungan Internasional di Universitas Yeditepe.

Dia menambahkan, Assad juga telah memberikan persenjataan anti pesawat kepada PKK setelah Turki mulai tidak memihak Assad. Casin mengatakan, ini merupakan siasat Assad untuk memperlemah pihak Turki melawan PKK.

Orang-orang Kurdi mempunyai anggota di koalisi oposisi. Namun, pihak oposisi juga saling berperang satu sama lain. Belakangan dilaporkan, pejuang Kurdi telah merebut pos perbatasan ke Irak dari tangan oposisi lainnya. 

Di pihak koalisi, kelompok Kurdi mendesak tidak akan ada perdamaian di Suriah, bila oposisi tetap berpegangan, perdamaian pasca Assad hanya satu Suriah dengan satu bangsa. Kurdi Suriah meminta hak mereka untuk memerintah sendiri sebagaimana sudah eksis di Irak.

"Apapun perkembangan krisis Suriah, sudah sangat pasti orang Kurdi tidak akan setuju dengan sesuatu yang mengurangi apa yang telah mereka raih," kata Yaşar Yakış, politisi Turki menilai dalam sebuah artikelnya.

sumber : Todays Zaman
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement