CANBERRA -- Sebuah laporan dari bank investasi Credit Suisse menyatakan bahwa kekhawatiran masyarakat mengenai konsumsi gula berlebihan makin meningkat.
Bahkan, seorang pengacara bernama David Gillespie mengatakan sektor-sektor industry yang memproduksi makanan yang mengandung gula seperti minuman ringan dan coklat bisa saja terancam akibat kekhawatiran tentang kesehatan ini, seperti halnya industry tembakau.
“Masalah-masalah kesehatan yang diakibatkan merokok tidak signifikan dibandingkan masalah kesehatan yang diakibatkan konsumsi gula. Kita akan melihat lingkungan, mungkin dalam waktu lima hingga 10 tahun, di mana pemberi layanan kesehatan masyarakat menuntut mereka yang menghasilkan produk-produk dengan kandungan gula tinggi,” jelas Gillespie.
Bisnis makanan yang mengandung gula termasuk cukup besar di Australia. Industri coklat dan manisan menghasilkan lebih dari 6,2 miliar dollar (64 triliun) di Australia setiap tahun. Sementara industri minuman ringan menghasilkan sekitar 3,5 miliar dollar.
Namun, gula yang dapat mengancam kesehatan terkandung tidak hanya di produk-produk macam ini, melainkan juga di berbagai produk seperti saus pasta, dan mayones.
Namun, masih sulit membuktikan adanya hubungan langsung antara masalah kesehatan tertentu dengan konsumsi produk tertentu.
Contohnya,menurut Ben Slade, ketua bagian tuntutan class action di biro hukum Maurice Blackburn di Sydney. Sulit membuktikan tingkat gula darah seseorang diakibatkan satu merek penganan muesli, yaitu semacam sereal.
“orang tidak hanya memakan penganan muesli dari satu merek saja, mereka memakan kombinasi sejumlah barang di supermarket,” jelas Slade.
Meskipun gula belum dianggap musuh kesehatan secara umum seperti halnya tembakau, makin banyak penelitian yang memojokkan konsumsi gula.
Dr Keiron Rooney dari University of Sydney mengukur efek gula berlebihan di tubuh.
“Ada bukti epidemologis besar yang sudah beredar selama 18 bulan terakhir, menunjukkan bahwa diet kaya gula dan mereka yang menjalani diet kaya gula ada hubungannya dengan kenaikan berat badan,” jelasnya.
“Sebagian bukti menunjukkan tidak hanya kenaikan berat badan, namun juga peningkatan kadar lemak di tubuh, terutama di daerah perut dan juga hati.”
Makin banyak perusahaan pembuat makanan yang menyisipkan gula ke produk-produk mereka demi membuat produk mereka lebih enak, saat terjadi “revolusi bebas lemak” atau “fat free revolution”, di mana para pereusahaan makanan berlomba-lomba menawarkan produk bebas lemak.
Professor Michael Cowley dari Monash University, yang merupakan ahli obesitas dan diabetes, mengatakan selama ini gula tidak dilihat sebagai penyebab berbagai penyakit.
“Panduan diet yang ada tidak terlalu berfokus pada kandungan gula, dan saya rasa, para pengiklan cukup berhasil mempromosikan makanan berdasarkan kandungan lemak yang rendah, namun tidak memperhatikan keterangan tentang kandungan gula.”