REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Negara yang miskin sumber daya alam, Yordania, mengumumkan Kamis lalu, pihaknya telah memilih dua perusahaan Rusia untuk membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Nuklir (PLTN) di negara itu.
PLTN yang menelan biaya 10 miliar dolar US ini akan termasuk pembangunan reaktor 1.000 megawatt.
"Perusahaan Rusia Rusatom Overseas akan mengoperasikan PLTN itu sebagai mitra strategis. Sementara perusahaan Atomstroyexport akanmenydiakan teknologinya," kata Menteri Penerangan Mohammad Momani kepada wartawan dilansir Middle East Online, Senin (28/10).
"Pemerintah Rusia dan Yordania akan menandatangani kesepakatan soal proyek itu, yang akan menelan biaya 10 miliar dolar US atau kurang," katanya.
Dijelaskan Khaled Tukan, Kepala Komisi Energi Atom Yordania, proyek itu akan dibangun dalam dua tahap. Dalam dua tahun pertama, studi secara rinci akan dibuat dan dilakukan pembangunan infrastruktur.
"Dalam tahap kedua, kedua belah pihak akan menandatangani kontrak pembangunan PLTN itu. Rusia akan mendanai 49 persen proyek itu, sementara selebihnya 51 persen akan ditangani Yordania," katanya.
PLTN itu akan dibangun pada tahun 2023 di Amra bagian utara ibukota Amman.
Sebelumnya, Yordania juga telah menandatangani pembangunan sebuah reaktor nuklir riset bekerjasama dengan Korea Selatan.