Rabu 30 Oct 2013 01:46 WIB

Bertemu dengan Mantan Dubes AS, Deputi PM Suriah Dicopot Bashar

Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
Foto: AP
Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Deputi Perdana Menteri Suriah Qadri Jamil dipecat pada Selasa karena meninggalkan negerinya dan bertindak tanpa izin pemerintah setelah bertemu para pejabat Amerika Serikat di Swiss, media negara melaporkan.

Pejabat yang dipecat itu adalah anggota apa yang dikatakan Presiden Bashar al-Assad "oposisi patriotik" -- partai-partai politik yang memandang dirinya pesaing presiden tetapi tak bergabung dengan revolusi dua setengah tahun menentang kekuasaannya.

"Jamil dipecat karena dia meninggalkan tugasnya tanpa permisi dan tidak menindaklanjuti tugas-tugasnya ... Lagi pula dia melakukan kegiatan-kegiatan di luar negeri tanpa koordinasi dengan pemerintah," demikian satu pernyataan yang ditayangkan TV Suriah.

Para pejabat Timur Tengah dan AS mengatakan kepada Reuters bahwa Jamil bertemu mantan duta besar Amerika untuk Suriah Robert Ford pada Sabtu di Jenewa.

Keduanya membahas usulan pembicaraan "Jenewa 2" yang bertujuan untuk melancarkan negosiasi pemerintah Bashar dan gerakan pemberontak yang berniat menggulingkannya.

"Dia bertemu Ford setelah pertemuan dengan para pejabat Rusia di Moskow. Pertemuan itu lama tapi tak berguna," kata pejabat Timur Tengah yang namanya tak bersedia disebut.

Jamil mengajukan apa yang secara jelas Ford pandang proposal tak dapat dilaksanakan terkait pembicaraan Jenewa. Dia juga gagal berusaha memperoleh dukungan AS memasukkannya di pihak oposisi dalam pembicaraan Jenewa," kata pejabat itu.

Konflik Suriah mulai terjadi ketika gerakan protes damai terhadap empat dekade kekuasaan keluarga Bashar, tetapi kemudian berubah menjadi perang saudara yang telah membunuh lebih 100.000 orang.

AS dan Rusia menginginkan pembicaraan perdamaian itu dimulai tetapi para pemberontak menghendaki jaminan bahwa Bashar akan mundur.Sebaliknya pemerintah Bashar menolak prasyarat apapun.

Menteri Luar Negeri Walid al-Moualem mengatakan pada Selasa Suriah akan menghadiri pembicaraan perdamaian yang direncanakan itu tetapi hal itu bergantung pada rakyat Suriah untuk memutuskan masa depan politik dan kepemimpinan mereka.

Televisi negara melaporkan Moualem membuat pernyataan itu dalam pertemuan dengan utusan internasional Lakhdar Brahimi di Damaskus. Dia juga mengatakan rakyat Suriah menolak "setiap bentuk campur tangan asing."

Brahimi berada di ibu kota Suriah itu Selasa sebagai bagian dari lawatan regional untuk mengusahakan dukungan bagi pembicaraan itu menyusul persetujuan AS-Rusia untuk membongkar persenjataan kimia Suriah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement