REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Tentara nasional Tunisia memulai operasi besar untuk memburu anggota kelompok garis keras di pusat wilayah Sidi Bouzid. Begitu pernyataan yang dilansir Kementerian Pertahanan Negara.
Operasi tersebut dilakukan setelah kelompok militan membunuh enam petugas kepolisian di Sidi Bouzid pada pekan lalu. "Operasi militer besar telah dimulai pada Selasa di perbukitan Sidi Ali Ben Aoun (sebuah kecamatan di wilayah Sidi Bouzid)," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Taoufik Rahmouni sebagaimana dikutip dari Kantor Berita TAP, Selasa (29/10).
Rahmouni mengatakan bahwa pihak militer mengerahkan sejumlah tank dan helikopter untuk mendukung operasi yang ditujukan untuk memburu "para teroris".
Sidi Ali Ben Aoun dinilai sebagai benteng pertahanan dukungan terhadap Salafisme, aliran ultrakonservatif Islam Sunni. Tokoh kunci di lingkaran Salafi, Khatib Idrissi, tinggal di wilayah tersebut.
Para Rabu pekan lalu, kelompok militan menewaskan enam petugas kepolisian. Setelah itu, Kementerian Dalam Negeri memberi keterangan bahwa pasukan keamanan telah menangkap delapan orang yang diduga turut ambil bagian dalam peristiwa tersebut.
Unit garda nasional juga membunuh sekelompok jihadis asal Aljazair dan menyita sejumlah bahan peledak serta persenjataan yang dimiliki kedelapan orang tersebut, kata Kementerian Dalam Negeri.
Sejak peristiwa kebangkitan masyarakat sipil yang berhasil menggulingkan rezim Zine Al Abidine Bin Ali pada 2011 lalu, Tunisia berulang kali dilanda tindak kekerasan yang didalangi oleh kelompok garis keras.
Pada Oktober ini, sembilan angota pasukan keamanan terbunuh dalam pertempuran dengan sejumlah orang yang disebut oleh pemerintah sebagai kelompok teroris.