Kamis 31 Oct 2013 02:46 WIB

Khawatir Penyadapan Uni Eropa Periksa Sovenir KTT G20 Rusia

ilustrasi Mata mata
ilustrasi Mata mata

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Komisi Eropa mengatakan Rabu, pihaknya tengah memeriksa cinderamata dan gadget yang diberikan oleh Rusia sebagai tuan rumah KTT G20 bulan lalu, untuk mengetahui apakah cinderamata tersebut membawa ancaman keamanan.

Di tengah munculnya berbagai pengungkapan baru yang memicu keprihatinan mengenai meluasnya pengintaian oleh kawan maupun lawan, laporan terakhir menyebutkan bahwa Rusia berusaha mengakali delegasi G20 menggunakan perangkat untuk mendapat informasi sensitif.

Ditanya mengenai pemberian pengisi baterai telepon dan perangkat USB, juru bicara Komisi Frederic Vincent mengatakan pihak berwenang masih mempelajari hal tersebut. "Temuan kami sampai saat ini berdasar analisa perangkat keras dan lunak, tidak ada ancaman keamanan yang serius," kata Vincent.

"Meski demikian, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa cinderamata itu (akan terbukti) benar-benar bersih," katanya seraya menambahkan pemeriksaan masih terus dilakukan.

"Sebagai aturan umum, pejabat UE saat bepergian disarankan untuk tidak menggunakan material luar," imbuh dia.

Setelah laporan sebelumnya mengenai pengintaian oleh AS, yang didasarkan pada dokumen dari bekas pegawai kontrak intelijen Edward Snowden, skandal mata-mata semakin membesar tak terkendali, bahkan sekutu dekat seperti Washington dan Brussel pun saling tuding.

Pekan lalu dilaporkan bahwa Badan Keamanan Nasional AS (NSA) menyadap pembicaraan telepon Kanselir Jerman Angela Merkel selama bertahun-tahun.

Komisioner Peradilan UE Viviane Reding mengatakan Selasa, bahwa "teman dan rekan tidak saling memata-matai" dan memperingatkan Washington untuk memulihkan kepercayaan jika ingin negosiasi perdagangan bebas transatlantik mendapatkan hasil.

Sebagai balasannya, James Clapper, direktur intelijen AS mengatakan "doktrin dasar" dari badan intelijen adalah mencoba mempelajari niat pemimpin dari negara asing.

Sejauh ini, Rusia tidak terlibat langsung namun Moskow maupun Beijing di masa lalu dituding selalu memata-matai Barat.

Presiden Rusia Vladimir Putin adalah mantan agen KGB, badan intelijen yang disegani, serta memimpin badan intelijen penggantinya setelah era-Soviet, FSB.

Di Moskow, jurubicara Kremlin mengresampingkan isu tersebut dan menyebutnya sebagai pengalih perhatian.

"Tidak diragukan lagi, ini hanyalah usaha untuk mengalihkan perhatian dari masalah sesungguhnya antara Washington dan Eropa ke masalah yang tidak ada, isu sementara," kata jurubicara Kremlin Dmitri Peskov kepada kantor berita Ria Novosti.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement