REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Jalan damai untuk Suriah gagasan internasional diterima senang hati oleh rezim Presiden Bashar al-Assad.
Ia mengatakan, pemerintahan di Ibu Kota Damaskus membuka pintu lebar untuk menyudahi konflik dua setengah tahun tersebut.
Namun, Assad menegaskan akan menutup diri jika intervensi asing terlalu dominan dalam pengambilan jalan damai.
"Orang-orang Suriah adalah satu-satunya pihak yang mempunyai hak memutuskan masa depan negara ini (Suriah)," kata Assad saat perjumpa dengan Utusan Khusus Liga Arab dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Suriah Lakhdar Brahimi Rabu (30/10).
Seperti dilansir Aljazeera, Kamis (31/10) Assad mengatakan internasional masih tidak proporsional melihat eskalasi di Suriah. Kata dia mediasi perdamaian antara dirinya dan kelompok pemberontak (SNC dan FSA) yang digagas internasional akan ditaati olehnya.
Assad berjanji untuk datang ke meja runding, tapi dengan syarat. Menurut dia, internasional harus mendesak negara-negara pendukung SNC dan FSA menyerahkan senjata.
Selain itu, ia mengatakan, internasional semestinya curiga, kelompok 'abu-abu' yang merupakan aliansi Alqaidah bercokol terlalu dalam dalam konflik di Suriah.
Ia mengatakan, internasional mesti membebaskan Suriah dari kelompok terakhir itu. "Solusi untuk Suriah harus mencerminkan keinginan rakyat Suriah. (Iternasional) perlu mendorong kelompok teroris keluar dari Suriah," ujar dia.
Assad menambahkan, dirinya tidak akan hadir di Jenewa jika tuntutan darinya tidak sanggup terpenuhi.
"Menghilangkan dukungan untuk kelompok pemberontak (dan teroris) adalah langkah penting untuk mempersiapkan diri dalam dialog perdamaian," katanya menambahkan.
Permintaan Assad telah berungkali dilontarkan olehnya. Namun kali ini, desakan itu langsung dia tujukan ke Brahimi sebagai delegasi istimewa untuk konflik di Negeri Syam itu.
Brahimi tidak pernah bertatap langsung dengan Assad sejak kegagalan gencatan senjata antara Assad dan FSA Desember 2012.
Pertemuan antara Assad dan Brahimi kali ini adalah perdana di sela menguatnya aliansi perdamaian untuk Suriah gagasan Amerika Serikat (AS) Uni Eropa (UE) dan Liga Arab.