Jumat 01 Nov 2013 14:24 WIB

Dicari Pendonor Sperma

Red:
Bayi
Bayi

CANBERRA -- Jumlah pendonor sperma di Australia mengalami penurunan, sementara mereka yang memiliki masalah melahirkan tanpa adanya bantuan seperti itu semakin banyak jumlahnya.

Direktur Klinik Bersalin Flinders di Adelaide, dr Michael McEvoy mengatakan, pasangan yang kesulitan memiliki anak kini menghadapi masalah kurangnya donor sperma. "Kami hanya punya enam stok persediaan sekarang. Padahal, sekian tahun lalu biasanya ada 20 hingga 30 stok yang siap," katanya kepada ABC.

Masalah serupa juga terjadi di klinik lainnya. Dokter Christine Kirby dari klinik Repromed mengatakan, anjloknya persediaan stok sperma donor merupakan masalah nasional. "30 tahun lalu, proses pendonoran jauh berbeda dibanding sekarang. Dulu ada aspek kerahasiaan, karena pendonor tahu pasti bahwa anak-anak donornya tidak akan punya akses ke mereka. Biasanya waktu banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran dan mahasiswa lainnya yang menjadi pendonor," jelas dr Kirby.

Hal senada disampaikan dr McEvoy. Menurut dia, faktor kerahasiaan memegang peranan penting. UU Australia kini memungkinkan anak-anak yang lahir dari sperma donor untuk mendapatkan informasi tentang ayah donor mereka.  Hal ini yang membuat para calon pendonor khawatir jika suatu saat kelak anak-anak donor mereka akan minta pertanggungjawaban secara keuangan.

Akibat kurang persediaan sperma, dr McEvoy mencari stok ke Bank Sperma di Seattle, Amerika Serikat. Di sana, terdapat lebih 100 stok yang sesuai dengan harapan pasiennya, terutama dalam karakteristik fisik dan ras yang dikehendaki.  Sperma-sperma ini kemudian harus melewati proses pengecekan kesehatan yang ketat, termasuk identitas pendonornya. Sperma donor tersebut, kata dr McEvoy, telah tiba di kliniknya setelah dikarantina selama enam bulan. "Kini sperma-sperma tersebut telah siap digunakan," katanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement