Jumat 01 Nov 2013 20:05 WIB

Satu-satunya Pembangkit Listrik di Jalur Gaza Padam

Seorang anak membawa lentera dalam krisis listrik di Gaza.
Foto: Infopalestina,com
Seorang anak membawa lentera dalam krisis listrik di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza menghentikan kegiatan pada Jumat akibat kehabisan bahan bakar dan tak memiliki pasokan lagi untuk mengoperasikannya, kata seorang pejabat di Lembaga Energi Palestina.

Fathi Sheikh Khalil, Wakil Ketua Lembaga Energi Palestina, memberitahu wartawan bahwa pembangkit listrik utama tersebut --yang menyediakan listrik buat banyak wilayah di daerah kantung Palestina itu-- mematikan turbinnya pada pukul 06.00 waktu setempat (11.00 WIB), Jumat (1/11).

"Semua upaya untuk membeli bahan bakar diesel industri yang lebih murah untuk membuat pembangkit listrik ini tetap beroperasi telah gagal," kata Sheikh Khalil, sebagaimana dikutip Xinhua, Ia menambahkan pembangkit listrik selama beberapa hari telah kehabisan bahan bakar yang disimpan.

Jalur Gaza, dengan 1,7 juta orang, memperoleh listriknya dari tiga sumber berbeda; satu dari Israel, satu dari Mesir, dan satu lagi dari satu-satunya pembangkit listrik yang berada di Jalur Gaza.

Perusahaan listrik yang berpusat di Jalur Gaza memperoleh bahan bakar diesel industri khusus dari Israel untuk mengoperasikan pembangkit listriknya.

Hanya saja Sheikh Khalil mengatakan ketidak-kesepakatan mengenai harga dan pajak yang antara Pemerintah Otonomi Palestina (PNA) di Tepi Barat Sungai Jordan dan perusahaan bahan bakar Israel --yang menyediakan bahan bakar buat pembangkit listrik di Jalur Gaza.

Jalur Gaza telah menderita akibat seringnya pemadaman listrik selama tujuh tahun terakhir sejak Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) dengan kekerasan merebut kendali atas Jalur Gaza dan mengusir pasukan keamanan Presiden Mahmoud Abbas.

Daerah kantung pantai itu memerlukan sebanyak 300 megawatt untuk mengatasi krisis tersebut. Hanya saja daerah tersebut memperoleh 120 megawatt dari Israel, 20 megawatt dari Mesir dan 70 megawatt dari pembangkit listrik di Jalur Gaza.

"Pasokan listrik terputus setiap hari selama delapan jam, dan sekarang setelah pembangkit listrik tersebut berhenti beroperasi, pemutusan pasokan listrik akan jadi 12 jam per hari," kata Sheikh Khalil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement