Sabtu 02 Nov 2013 07:31 WIB

Harga Rumah di Australia Makin Mahal

Red:
Harga rumah di Australia makin mahal
Harga rumah di Australia makin mahal

SYDNEY -- Daftar harga rumah yang dirilis RP Data-Rismark menunjukan harga properti di Sydney melonjak 2,4% pada Oktober kemarin. Kenaikan ini memicu harga properti di 8 kawasan Ibukota lain turut merangkak naik sebesar 1,3%.

Saat ini untuk memiliki sebuah rumah berukuran sedang, warga Sydney yang merupakan kota paling padat penduduknya di Australia ini harus merogoh kocek hingga AUS$610 ribu atau hampir Rp.6,5 milyar.

Analis data dari RP, Cameron Kusher mengatakan harga rumah di Sydney mengalami kenaikan rata 2, 7% selama sepuluh tahun terakhir. Dan kenaikan itu memicu lonjakan harga properti di kota lain yang diperkirakan saat ini naik 12,6%  dibandingkan tahun lalu.

"Sudah pasti banyak orang melihat rumah sebagai cara untuk menanamkan kekayaan sekaligus mengembangkannya dan bagi banyak orang membeli rumah itu sebagai investasi terbesar yang pernah dilakukannya,” kata Kusher menjelaskan.

"Jadi ketika kredit perumahan rendah, saya kira orang-orang tampak lebih siap terjun ke pasar properti,” tambahnya lagi.

Kota yang tercatat mengalami kenaikan harga rumah antara lain Melbourne dan Brisbane. Di Melbourne misalnya harga rumah ukuran sedang mencapai Rp.5,7 milyar. Sementara di Brisbane harganya Rp.4,5 milyar.

Namun harga rumah di Hobart dan Perth justru mengalami penurunan.

Melonjaknya harga rumah ini tidak mempengaruhi sektor penjualan. Justru menurut data RP penjualan rumah naik 20.1% dibandingkan setahun lalu dan waktu proses jual beli perumahan juga semakin singkat dari 56 hari menjadi 44 hari saja.

Sebagai contoh beberapa waktu lalu dalam sebuah acara lelang rumah, sebuah toko kecil berukuran 2 meter persegi – disebut-sebut sebagai toko terkecil - di sebuah pusat pertokoan di Melbourne laku terjual dengan harga Rp. 4 milyar. Padahal toko yang tengah disewakan sebagai toko kopi itu hanya memiliki dapur kecil dan meja tunggal.

Pemilik toko, Sally  Twist, mengaku untung banyak dari berjualan kopi disana. Menurutnya toko kecil terkadang lebih baik karena sewanya rendah, tidak perlu repot membersihkannya dan biaya perawatannya kecil,”

Investasi warga Cina

Kusher mengatakan faktor internasional ikut mendorong kenaikan harga rumah di Sydney dan Melbourne. Warga asing yang banyak membeli rumah di dua kota tersebut kebanyakan berasal dari Cina.

"Mereka sangat aktif dan mereka banyak pergi ke acara lelang rumah atau melihat-lihat  rumah karena mereka melihat ini sangat menguntungkan.” Tambah Kusher.

Bank Nasional Australia mencatat pada bulan lalu sekitar 13% pemberi rumah baru di Australia adalah investor dari Cina.

"Jika harga dolar Australia turun, pasti mereka akan lebih tertarik lagi bagi investor dari luar untuk membeli properti dibandingkan saat ini.”

Brian Johnson memprediksi kondisi ini baru permulaan dari investasi Cina di sektor perumahan.

Riset dari CLSA Cina, memperkirakan lebih dari 10 juta orang kaya dan kelas menengah dari Cina berusaha pindah ke Australia dalam satu dekade mendatang.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement