REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Polandia dan negara-negara Baltik menggelar latihan militer terbesar dalam sepuluh tahun terakhir bersama Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Latihan perang yang bernama Steadfast Jazz 2013 itu dimulai pada Sabtu kemarin dan akan berakhir 9 November.
NATO Response Force akan menyimulasikan pertahanan Baltik seolah-olah diserbu pasukan asing yang tak dikenal.
Latihan ini melibatkan 6.000 tentara dari semua anggota NATO serta negara-negara non anggota seperti Finlandia, Swedia dan Ukraina.
Setengah pasukan itu akan digembleng dalam latihan bertahan hidup, yang akan melibatkan puluhan armor, pesawat terbang dan kendaraan angkut laut.
Yang lain akan berposisi di kantor pusat, yang berlatih dalam keahlian komando dan kontrol.
Latihan perang seminggu ini dirancang "untuk memastikan pasukan reaksi cepat kami, NATO Response Force (NRF), siap untuk membela sekutu, dapat disebar di manapun dan dapat menghadapi ancaman apapun," kata Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen.
Sekitar 350 kendaraan, termasuk kendaraan lapis baja pengangkut personel, kendaraan tempur infanteri, kendaraan teknisi, truk dan kendaraan all-wheel drive, 1.000 infanteri mekanik berpartisipasi dalam latihan perang ini.
Dibantu dengan satu batalion pasukan kimia, biologi, radiologi dan nuklir (CBRN), pasukan pendukung antitank lintas udara, 11 kapal permukaan dan satu kapal selam, 46 jet tempur dan 11 helikopter.
Namun, negara yang diperkirakan akan menginvasi Baltik tidak disebutkan dengan jelas.
"Rusia sebagai sebuah negara dalam lima tahun terakhir telah meningkatkan pengaruhnya di Baltik," kata menteri pertahanan Latvia, Artis Pabriks kepada Reuters.
"Latihan perang Steadfast Jazz sangat penting bagi kami karena ini adalah latihan pertama di mana kami benar-benar berlatih untuk mempertahankan wilayah kami."
Puncak kekhawatiran terbaru dari keprihatinan di Baltik muncul September lalu saat Rusia mengadakan latihan militer bernama Zapad bersama Belarus.
Beberapa media di Baltik menjelaskan latihan Zapad juga merupakan latihan militer untuk menangkal serangan invasi. Tapi, tidak disebutkan dari negara mana.
Rusia dan NATO mempunyai hubungan yang panas dan dingin. Di satu pihak ada kerja sama kontra-terorisme di pihak lain ada pergulatan pengaruh di kawasan dan perselisihan pada penempatan sistem rudal pelindung (missile defence system).