REPUBLIKA.CO.ID, CAMBRIDGE -- Layaknya melihat sesosok hantu, pengunjung sebuah mall di Cambridge, Asda, tiba-tiba ketakutan karena melihat seorang pria menggunakan pakaian Nazi SS lengkap dengan segala atributnya.
Rosina Rusin, 60, yang berada di supermarket di Inggris itu mengatakan, ini merupakan 'penghinaan' ketika seseorang berjalan-jalan di siang hari mengenakan seragam Nazi.
Ia menambahkan, "Saya sedang menunggu dalam antrean ketika seorang wanita datang dan dia benar-benar sangat tertekan tentang hal itu".
"Mulut orang-orang terbuka tercengang. Anda tidak akan keluar seperti itu kecuali jika Anda ingin menarik perhatian kepada diri anda."
Ia dan sejumlah pelanggan lain mengajukan keluhan kepada manajer toko dan orang itu diminta untuk meninggalkan mall. Tapi dia tetap berdiri di luar pintu.
Para pengunjung mall menceritakan pada awalnya mereka mengira orang itu mungkin sedang mengenakan kostum halloween.
Tapi ketika melihat lambang Nazi, mereka baru tercengang.
Pria itu diidentifikasi bernama Paul Dutton, seorang ayah dari enam anak dan lima cucu. Dia tinggal di Cambridge .
Ia memiliki halaman Facebook dan halaman Twitter. Di situ dia menjelaskan sikapnya sebagai "perjuangan untuk kewarasan". Dia mengaku mempunyai penyakit mental.
Ia mengundang wartawan ke rumahnya hari itu dan menunjukkan berbagai koleksi Nazi yang menghiasi kamar tidurnya.
Ia mengatakan bahwa Hitler adalah 'seluruh hidupnya' dan dia 'terpesona' oleh lambang swastika, dan menambahkan bahwa pemimpin Nazi itu adalah "tuhan"-nya.
Dari penjelasannya diketahui ia memakai seragam Nazi untuk menjauhkan 'orang' dari dirinya. Penyakit mental itu terlihat dengan membenci orang berada di sekelilingnya.
Nazi Jerman atau Third Reich merupakan istilah untuk sosialisme nasional di Jerman antara tahun 1933 sampai 1945 saat negara itu dipimpin Adolf Hitler dengan partainya National Socialist German Workers' Party atau Partai Nazi.
Nazi Jerman mengalami kepunahan ketika sekutu berhasil mengalahkannya di Wehrmacht pada Mei 1945 dan mengakhiri Perang Dunia II di Eropa.
PD II menyisakan 'mentalitas' bagi banyak bangsa. Bila di negara-negara berkembang yang menjadi objek penjajahan, mentalitas itu berupa trauma ke penjajah, maka di Eropa dan sebagian besar negara-negara Barat ditujukan pada Nazisme.