Selasa 05 Nov 2013 09:05 WIB

Mengenang Gunung Pesahabatan Israel-Palestina di Antartika

Tim Pendaki Israel-Palestina di Antartika
Foto: The Guardian
Tim Pendaki Israel-Palestina di Antartika

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Gunung Persahabatan Israel-Palestina berada di ketinggian 2.770 meter (9.090 kaki) di dekat puncak dataran tinggi Bruce di Antartika.

Gunung ini didaki oleh pendaki Israel dan Palestina tahun 2004 dalam sebuah tim yang beranggotakan delapan orang. Empat dari Israel dan empat lainnya dari Palestina.

Ekspedisi ini didukung oleh organisasi Breaking the Ice yang didirikan oleh Nathaniel Heskel.

Ia ingin membuktikan bahwa Palestina dan Israel bisa bekerja sama walaupun antara keduanya selalu berseteru dalam masalah pertanahan di Timur Tengah.

Para anggota ekspedisi berlatih berlayar di Tel Aviv, dan latihan mendaki di Pegunungan Alpen Prancis , sekitar dua bulan sebelum berangkat ke Antartika.

Pada saat ekspedisi, Heskel Nathaniel, 40, merupakan pengembang properti di Jerman. Ia pernah bertugas di militer Israel selama 10 tahun.

Anggota lainnya Doron Erel yang berusia 44 tahun saat pendakian. Ia merupakan salah satu pendaki gunung terbaik di Israel.

Selain itu ia dikenal sebagai orang Israel pertama yang mendaki Gunung Everest pada tahun 1992. Kemudian, Erel mendaki Seven Summits, gunung tertinggi masing-masing tujuh benua.

Pada tahun 1990, ia mengambil bagian dalam mencari korban longsor yang menewaskan 43 pendaki di Lenin Peak. Erel juga anggota Sayeret Matkal, sebuah unit komando elit tentara Israel. Orang tuanya merupakan korban Holocaust dari Polandia.

Selain itu, di tim Israel juga ada Avihu Shoshani, seorang pengacara yang saat itu berusia 44 tahun dan bagian dari aktivis politik sayap kanan di Israel.

Ia menghabiskan empat tahun sebagai anggota komando elit di Angkatan Bersenjata Israel.

Yang keempat, Yarden Fanta, seorang kandidat PhD, yang saat itu berusia 33 tahun.

Dia pernah melakukan perjalanan kaki dari Ethiopia melalui Sudan ke Israel ketika ia berusia 14 tahun dan buta huruf.

Sampai umur 12 tahun ia membantu keluarganya menggembala sapi di sebuah desa kecil yang disebut Ethiopia Macha.

Sementara itu, anggota tim Palestina, ada Nasser Quos, pelatih sepak bola, berusia 35 tahun saat itu.

Dia telah menghabiskan tiga tahun di sebuah penjara Israel karena menyerang pasukan Israel dengan bom api selama Intifadah pertama. Kemudian ia bekerja sebagai pengawal Faisal Husseini, seorang komandan organisasi pembebasan Palestina (PLO) di Yerusalem atau Al Quds. 

Ia ditemani Suleiman al- Khatib yang berusia 32 tahun saat ekspedisi. Al Khatib merupakan aktivis partai Fatah, ia pernah dipenjara Israel selama 10 tahun sejak berusia 14 tahun. Saat di penjara ia telah mempelajari bahasa Ibrani, Inggris, sastra dan sejarah.

Anggota ketiga Ziad Darwish, seorang jurnalis berusia 53 tahun. Ia mempunyai sepupu, seorang tokoh terkenal Palestina penyair Mahmoud Darwish.

Anggota keempat Olfat Haider berusia 33 tahun saat ekspedisi.  Ia merupakan satu-satunya warga Palestina di tim voli nasional Israel dan bekerja sebagai guru senam.

Ekspedisi berangkat dari Puerto Williams di Chili pada tanggal 1 Januari 2004. Mereka menaiki sebuah kapal yacht Pelagis Australis.

Mereka berhasil berlayar sekitar 600 mil di lautan yang paling berbahaya, termasuk mengitari Cape Horn, melewati Forties Roaring.

Ketika mereka tiba di Antartika, tim berjalan kaki selama seminggu sampai mereka mencapai kaki gunung.

Dihembus angin kencang dan visibilitas yang rendah mereka berhasil melewati medan dengan banyak ceruk.

Pendakian gletser berhasil mencapai puncaknya pukul 4 sore pada 16 Januari 2004.Di puncak, tiga pria Muslim berlutut dalam doa, berpaling ke arah Mekkah.

Ziad Darwish meneteskan air mata.

Saat itu dia mengatakan, "Momen ini begitu indah, melihat Israel dan Palestina melakukan hal semacam ini bersama-sama. Namun, kesuksesan ini juga membuat saya berpikir tentang semua hal buruk yang kita lakukan di tanah air kita."

13.000 kilometer dari rumah mereka di Timur Tengah, merekapun berikrar:

"Kami, para anggota pendaki Breaking Ice, ekspedisi Israel-Palestina ke Antartika telah mencapai kesimpulan setelah melewati perjalanan panjang lewat darat dan laut dari rumah kami di Timur Tengah ke bagian paling selatan Bumi, sekarang kami berdiri di atas gunung yang belum ada namanya. Dengan mencapai puncaknya kami telah membuktikan bahwa Palestina dan Israel dapat bekerja sama satu sama lain dan saling menghormati dan mempercayai. Meskipun perbedaan yang mendalam ada antara kami, kami telah menunjukkan bahwa kami dapat melakukan dialog yang tulus dan bermakna. Kami bergabung bersama dalam menolak penggunaan kekerasan dalam pemecahan masalah dan menyatakan bahwa masyarakat kami layak untuk hidup bersama dalam damai dan persahabatan. Dengan ekspresi dari keyakinan dan keinginan, kami namakan gunung ini sebagai Gunung Persahabatan Israel-Palestina."

Berita keberhasilan tim pendakian ini diliput oleh BBC, The Guardian dan Kementerian Luar Negeri Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement