REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim protes keras terhadap upaya penyadapan yang dilakukan kedutaan Amerika Serikat (AS) dan Australia terhadap Malaysia.
Dari informasi yang diberikan mantan agen NSA, Edward Snowden, Kedutaan AS di Kuala Lumpur termasuk salah satu yang melakukan proses penyadapan di Asia Tenggara. "Sudah terbukti dari ekspose yang dikemukakan Snowden, kami protes keras," ujar Anwar dalam pertemuannya dengan Ketua DPD RI, Irman Gusman di Jakarta, Selasa (5/11).
Namun Anwar menyayangkan sikap Pemerintah Malaysia yang lunak terhadap ulah AS ini. Anwar mengatakan, Menteri Luar Negeri Malaysia bahkan menyebut AS adalah teman negeri Jiran tersebut. "Sampai sekarang PM Datuk Sri Najib Razak pun belum mengeluarkan pernyataan apa-apa," kata Anwar.
Sikap Malaysia ini justru menunjukkan kelemahan. AS dan Australia memang negara sahabat Malaysia. "Namun kali ini sikap mereka bukan sikap sahabat."
Seharusnya, Malaysia mencontoh Kanselir Jerman Angle Merkel yang yang memprotes tindakan AS. Bahkan Presiden Brasil Dilma Rousseff membatalkan kunjungan kenegaraan ke AS sebagai protes tindakan AS.
Penyadapan yang dilakukan AS, ungkap Anwar sudah keterlaluan. Negara harus meletakkan garis tegas mana yang boleh dan tidak diperbolehkan dicampuri oleh negara lain. Anwar pun menuntut penjelasan dari Pemerintah AS soal insiden ini. Ia juga mengharuskan Pemerintah Obama meminta maaf. Termasuk mengusir siapa saja yang terlibat dalam penyadapan di Malaysia.
Ia pun mengimbau agar negara-negara Asean berani bersikap tegas. Hal ini karena kedaulatan negara tak bisa dikompromi dengan apapun. "Kalau ada sikap bersama regional lebih bagus," saran Anwar.