REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Menjual air ke warga telah menjadi populer di Jalur Gaza selama lima tahun belakangan, karena air tanah di daerah kantung Palestina itu telah menjadi tercemar dan tak bisa diminum.
Namun, beberapa studi belum lama ini memperlihatkan bahkan air desalinasi tak aman untuk diminum.
Warga menghubungi stasiun desalinasi dan memesan air yang disaring hingga sehat untuk minum dan memasak di Jalur Gaza, yang telah diperintah oleh Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) sejak Juni 2007.
Stasiun desalinasi di seluruh daerah kantung tersebut, milik sektor swasta Jalur Gaza, mengambil air dari sumur bawah tanah, menyimpannya di tempat penampungan besar dari plastik lalu menyaringnya dengan manambahkan bahan kimia untuk membunuh kuman dan bakteri sebelum menjualnya ke pelanggan.
Ra'ed Soboh, pemimpin uni instalasi medis di Jalur Gaza, memberitahu Xinhua, perhimpunan tersebut telah melakukan beberapa studi mengenai air hasil desalinasi,yang disimpan di stasiun desalinasi, dan mendapati air itu berisi bahan kimia serta benda berbahaya.
"Studi kami memperlihatkan air yang disimpan di stasiun desalinasi di seluruh Jalur Gaza menjadi sarang perkembang-biakan kuman dan bakteri," kata Soboh. Ia menambahkan tak ada kriteria yang ditetapkan untuk menggunakan air itu.
Perusahaan lokal dan dunia juga menyatakan 95 persen sumber air di Jalur Gaza sama sekal tak layak untuk diminum.
Menurut berbagai studi, persentase klorida air adalah 9.000 miligram per liter dan air itu juga mengandung nitrat tinggi, yang melebihi standard internasional.
Ateya Al-Bursh, Direktur Laboratorium Lingkungan Hidup di Jalur Gaza, mengatakan kepada Xinhua pemerintah melakukan beberapa pemeriksaan air di stasiun desalinasi dan mendapati air tersebut sangat terecemar.
"Kami melakukan pemeriksaan dan kajian atas sampel air desalinasi dan kami mendapati bahwa air secara secara kimia dan fisik tercemar," kata Al-Bursh.
Di Jalur Gaza, warga memiliki keprihatinan bahwa situasi di daerah kantung itu secara berangsur akan bertambah serius dan menjadi krisis kemanusiaan nyata. Sebabnya ialah air di Jalur Gaza sangat tercemar selain kekurangan mendasar air bawah tanah. Cairan sampah dan pembuangan bocor ke dalam air bawah tanah dan membuatnya tercemar.
Keprihatinan tersebut meningkat di tengah langkah ketat keamanan Israel yang diberlakukan pada pembangunan dan penetapan prasarana Jalur Gaza, terutama sistem pembuangan dan saluran air.
Wadah yang digunakan untuk mengirim air juga mengakibatkan banyak keprihatinan.
Abdul Nasser Sobeh, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jalur Gaza, mengatakan wadah air itu --yang digunakan untuk mengirim air desalinasi ke rumah warga-- berisi bakteri dan kuman yang mengakibatkan gangguan pencernaan, terutama diare.