Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan bahwa laporan adanya kegiatan penyadapan yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta menjadi pekerjaan rumah besar bagi PM Australia yang baru Tony Abbott.
Dalam wawancara khusus dengan ABC hari Rabu (6/11/2013) di Melbourne, Mahfudz Siddiq mengatakan pemerintah baru Australia sudah melakukan hal yang tepat dengan kunjungan PM Abbott ke Jakarta sebagai kunjungan ke luar negeri yang pertama.
"Bahkan Menteri Luar Negeri Julie Bishop sudah tiga kali mengunjungi Indonesia sejak menjabat." kata Siddiq.
Namun laporan adanya kegiatan penyadapan yang dilakukan Australia terhadap Indonesia bisa menjadi penghalang bagi hubungan yang lebih erat antara kedua negara.
"Ini menjadi PR buat PM Abbott. Kegiatan mata-mata ini kan, menurut media, sudah dilakukan beberapa tahun lalu. Kita mungkin tidak akan tahu kebenarannya, karena kalau kegiatan intelejen itu ketahuan, itu berarti kegagalan. Namun pemerintah Australia perlu menangani hal ini dengan benar." kata Mahfudz Siddiq kepada wartawan ABC L.Sastra Wijaya.
Mahfud Siddiq mengatakan sebagai dua negara bertetangga paling dekat, Australia dan Indonesia harus menjalin hubungan yang lebih terbuka, bahkan dalam masalah intelejen. "Jadi yang perlu ditekankan adalah hubungan yang lebih terbuka di bidang ekonomi, politik, dan yang lainnya sehingga kedua negara lebih bisa saling mengerti dan terbuka." tambah Mahfudz yang menjadi ketua komisi I yang antara lain membidangi politik dan luar negeri.
Dalam reaksi sebelumnya Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan Indonesia akan mengkaji kembali kerjasama dengan Australia antara dalam soal pencari suaka dan penanganan terorisme.
Ketua Komisi I dari PKS ini tidak memberikan jawaban langsung apakah dia mendukung apa yang dikatakan oleh Menlu Natalegawa.
"Saya bisa memahami ucapan keras yang disampaikan oleh Menlu. Memang sebagai dua negara yang paling dekat, ibaratnya tetangga sebelah rumah, kita tidak seharusnya terlibat dalam tindakan diam-diam. Ini memang kalau laporan media itu benar adanya." kata Mahfudz.