Jumat 08 Nov 2013 11:00 WIB

Korut Klaim Tangkap Spionase Korsel

 Tentara Korea Selatan berpatroli dekat desa perbatasan Panmunjom di Paju, Korea Selatan, Ahad (31/3).
Foto: AP/Ahn Young-joon
Tentara Korea Selatan berpatroli dekat desa perbatasan Panmunjom di Paju, Korea Selatan, Ahad (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara pada Kamis mengklaim menangkap mata-mata Korea Selatan yang menyelinap ke negara dengan tujuan menghasut pembangkangan. Sementara, Korea Selatan menyebut tuduhan itu tidak masuk akal.

Seorang juru bicara dari Kementerian Utara Keamanan Negara mengatakan dalam satu pernyataan bahwa para petugas menangkap anggota National Intelligence Service (NIS) Korea Selatan dan melakukan interogasi.

Dalam pengumuman yang dilakukan oleh Kantor Berita Pusat Korea Utara itu, juru bicara mengatakan orang tak dikenal ditemukan di Pyongyang, ibu kota Korea Utara.

"Pada awalnya, dia berkeras bahwa dia adalah orang Cina yang berada di DPRK (Korea Utara) dan kemudian seorang warga negara ketiga. Dalam perkembangan pengusutan, ia mengaku adalah warga Korea selatan yang menerobos ke Pyongyang setelah secara ilegal memasuki DPRK dari negara ketiga," kata pejabat dalam sebuah pernyataan yang disiarkan dalam bahasa Inggris.

DPRK adalah singkatan dari Republik Demokrasi Rakyat Korea, nama resmi Korea Utara. Dia mengatakan interogasi awal menunjukkan orang yang ditahan itu menyamar bekerja sebagai misionaris di negara tetangga DPRK sebelum memutuskan untuk datang langsung ke negara itu untuk tujuan melakukan kontak dan memenangkan dukungan dari 'unsur-unsur yang tidak jujur' di dalam masyarakat.

"Ini sepenuhnya membuktikan sejauh mana kelompok boneka konservatif (di Selatan) telah mencapai pada gerakan-gerakan anti-Korea Utara," kata pejabat itu.

Dia kemudian mengatakan pasukan keamanan setempat mengintensifkan pertanyaan kepada mata-mata yang nama dan usianya tidak disebutkan tersebut.

Pengumuman ini terjadi saat hubungan antar-Korea telah memburuk setelah Korea Utara secara sepihak menunda reuni keluarga bagi orang-orang yang dipisahkan oleh Perang Korea 1950-53 pada akhir September.

Pyongyang telah meluncurkan serangan verbal hampir setiap hari melawan Korea Selatan dan kepemimpinannya.

Terkait dengan pengumuman tersebut, NIS Korsel membantah mentah-mentah tuduhan Utara. "Korea Utara membuat klaim yang tak masuk akal dan tidak benar," kata seorang pejabat pada dinas intelijen.

sumber : Antara/Yonhap-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement