Sabtu 09 Nov 2013 06:00 WIB

Israel Sinis dengan Pasukan Terjun Payung Wanita Palestina, 'Paralestinki'

Sebuah pesawat Palestine Airlines (Ilustrasi)
Foto: acehtraffic.com
Sebuah pesawat Palestine Airlines (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Niat pemerintahan Palestina untuk meningkatkan kemampuan pasukan keamanannya ditanggapi sinis oleh Israel.

Bulan September lalu, Palestina mengirimkan empat pasukan wanita untuk ikut latihan paratrooper di Rusia.

"Empat wanita di usia 20-an mereka terpilih untuk merasakan pengalaman yang jarang di dunia Arab dan khususnya Palestina," kata Hafith Rifaay, Juru Bicara Keamanan Palestina ke Maan saat itu.

"Mereka akan berputar-putar seperti elang di langit untuk menaikkan nama bangsa kita yang selalu hadir di arena internasional," tambahnya.

Media Rusia inosmi.ru, Oktober lalu melaporkan keempat 'Paralestinki' itu sudah kembali ke Betlehem, Palestina, menunggu penugasan berikutnya untuk meningkatkan keahlian mereka.

Media Rusia itu mengamati reaksi media Israel yang sangat sinis melihat pelatihan tersebut.

"Palestina tidak mempunyai pesawat juga tidak ada helikopter," tulis Jerusalem Post. "Dari mana gadis-gadis itu akan melompat?,"

Disebutkan, saat ini Palestina bahkan tidak mempunyai angkatan udara. Hanya sebuah maskapai usang bernama 'The Palestine Airlines'. Itupun hanya memiliki satu pesawat Boeing yang hanya terbang simbolik dari Sinai, Mesir, ke Amman, Yordania.

Mengapa masyarakat internasional mendanai kegiatan ini, padahal Ramallah berutang setengah miliar dolar , dan berjuang untuk membayar gaji pegawai mereka setiap tahun? tulis media-media Israel.

Beberapa pemimpin Eropa pernah mengusulkan agar negara ini mempunyai angkatan laut agar dapat menjaga otoritas negaranya. Tapi usulan itu pupus karena, wilayah Palestina yang berbatasan dengan laut tidak dikuasai Ramallah.

Sementara itu, salah satu anggota terjun payung itu mengatakan bangga mengharumkan nama bangsanya.

"Pada awalnya kami merasa takut, tapi saat kami mengingat sedang mengharumkan nama bangsa, kami melupakan ketakutan kami dan saling mengawasi hingga kami selamat ke daratan," kata Manar Barahma, 20, tahun yang ikut misi itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement