Sabtu 09 Nov 2013 05:33 WIB

PM 'Pendatang' Ini Berani Tolak Permintaan Mantan Raja Belgia

Elio Di Rupo dengan King Albert (ilustrasi)
Foto: globalpost.com
Elio Di Rupo dengan King Albert (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Krisis yang menimpa belakangan ini, membuat negara-negara di Eropa mengetatkan ikat pinggang, keuangan dan anggaran mereka.

Perdebatan soal keuangan itulah yang membuat sebuah berita penolakan Perdana Menteri Elio Di Rupo mengenai permintaan dana mantan Raja Belgia King Albert II menjadi aneh.

Raja yang mengundurkan diri musim panas lalu harus menerima pemotongan dana publiknya sebesar 11,5 juta euro atau 15,4 juta USD.

Beberapa media melaporkan, mantan raja itu menghimbau adanya kenaikan pajak untuk meningkatkan pendapatan negara dan itu ditolak pemerintahan Elio Di Rupo.

"Perdana Menteri Elio Di Ripo, seorang sosialis berdarah merah, dengan latar belakangan  imigran miskin, mengatakan ke Parlemen bahwa 'pemerintah tidak berniat mengubah koma' dalam pemberian dana ke pihak kerajaan," tulis Arab News, Jumat kemarin.

Sikap keras itu mendapat dukungan dari hadirin dengan tepuk tangan yang meriah yang juga didukung oleh pihak oposisi.

Media Le Soir yang mengabarkan soal mantan raja itu mengatakan dari sebuah sumber bahwa keluarga kerajaan tidak bersedia dimintai komentarnya.

Parlemen saat ini masih membahas apakah dana 923.000 euro atau 1,2 juta USD per tahun sudah cukup atau tidak untuk membahagiakan mantan raja itu.

Ayah Elio merupakan pendatang atau imigran asal Italia yang lahir di San Valentino, Abruzzo Citeriore. Elio yang dilahirkan di kota kecil Morlanwelz di Wallonia, merupakan satu-satunya anak yang dilahirkan di Bergia.

Saat dia masih balita satu tahun, ayahnya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Dia terpaksa hidup bersama enam saudaranya lainnya yang tidak mampu dihidupi ibunya.

Karena kemiskinan yang akut, tiga saudara laki-lakinya terpaksa dititipkan ke yayasan yatim piatu.

Saat berumur 12 tahun Elio tinggal di sekolah berasrama, namun karena kondisi kesehatannya yang sakit-sakitan dia harus tinggal kelas di sekolah menengah atas dua kali.

Lulusan doktoral di Universitas Mons ini memulai karir politiknya tahun 1980-81. Pada 6 Desember lalu dia menjadi Perdana Menteri dan memimpin pemerintaha Di Rupo I.

Dia menjadi PM pertama Belgia yang tidak berdarah setempat  Wallon atau Flemish. Selain itu, dia menjadi pemimpin pertama di Eropa yang secara terbuka mengaku gay.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement