REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Buruh industri garmen di Bangladesh yang menuntut kenaikan gaji kepada perusahaan tempat mereka bekerja bentrok dengan polisi, Senin (11/11). Mereka juga menyerang sejumlah pabrik di wilayah pinggiran ibu kota Dhaka.
Para buruh menolak usulan upah minimum 2014 sebesar 5.300 takas atau setara Rp 762 ribu per bulan. Mereka justru menuntut kenaikan gaji sebesar 77 persen atau menjadi 8.114 takas (sekitar Rp 1,15 juta) per bulan.
Upah buruh di negara ini memang termasuk yang paling rendah di dunia. Tahun ini saja, mereka hanya menerima tiga ribu takas (Rp 437 ribu) per bulan.
Seperti dilansir AP, dewan pengupahan setempat pekan lalu telah mengusulkan kenaikan upah minimum untuk jutaan buruh garmen di Dhaka sebesar 5.300 takas. Namun, pengusaha belum mau mengesahkan besaran tersebut dan malah mendesak pemerintah untuk merevisinya kembali.
Mereka berpendapat, besaran upah buruh yang diusulkan itu dapat menghancurkan industri di tengah pasar global yang sangat kompetitif.
Direktur Polisi Industri Bangladesh Mustafizur Rahman mengatakan, bentrokan antara buruh dan petugas keamanan telah dimulai sejak Senin pagi. Sedikitnya, 100 pabrik garmen di daerah Ashulia dan Savar ditutup hari ini untuk menghindari kekerasan lebih lanjut.