Senin 11 Nov 2013 16:54 WIB

Rundingkan Sengketa Nuklir, Kepala IAEA Tiba di Iran

Reaktor nuklir Iran yang terletak di selatan kota Bushehr, Iran.
Foto: AP/Vahid Salemi
Reaktor nuklir Iran yang terletak di selatan kota Bushehr, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala badan pengawas nuklir PBB International Atomic Energy Agency (IAEA), Yukiya Amano, tiba di Teheran pada Senin (11/11) untuk merundingkan sengketa program atom dengan Iran.

Kunjungan Amano tersebut dilakukan hanya satu hari setelah perundingan Iran dengan kelompok P5+1 (negara anggota permanen Keamanan PBB ditambah Jerman) di Jenewa gagal menghasilkan kesepakatan. "Saya berharap hari ini kami dapat menghasilkan sesuatu yang konkrit," kata Amano menjelang pertemuan dengan kepala program nuklir Iran, Ali Akbar Salehi, seperti dilansir AFP.

"IAEA berkomitmen menyelesaikan semua persoalan yang ada untuk memastikan bahwa program nuklir di Iran hanya bertujuan damai," kata Amano sebagaimana dikutip dari stasiun televisi lokal Press TV.

IAEA secara rutin mengadakan inspeksi terhadap fasilitas nuklir milik Iran, namun badan tersebut juga ingin menyelidiki dugaan pengembangan pesenjataan nuklir yang dilakukan Tehran sebelum dan sesudah 2003. Secara khusus, IAEA ingin memiliki akses untuk menyelidiki pangkalan militer Pachin di bagian tenggara Teheran. Beberapa laporan intelijen menunjukkan bahwa di tempat tersebut Iran telah melakukan penelitian pengembangan senjata nuklir.

Iran membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa klaim pengembangan senjata hanya didasarkan pada informasi yang salah dari badan intelejen Amerika Serikat (CIA) dan Israel (Mossad).

Sementara itu di Jenewa, meskipun perundingan Iran dengan kelompok P5+1 gagal menghasilkan kesepakatan, para diplomat yakin bahwa mereka semakin dekat dengan kesepakatan untuk menghentikan sementara program nuklir di Iran. Harapan akan tercapainya kesepakatan antara kedua belah pihak membesar setelah para diplomat teras bergabung pada perundingan di Jenewa.

Namun harapan tersebut memudar karena muncul perpecahan di kelompok P5+1 setelah Prancis mengutarakan kekhawatiran terhadap pembangunan reaktor air berat di Arak.

Meskipun demikian, para diplomat menyatakan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan awal untuk mencabut sebagian sanksi ekonomi terhadap Iran dengan syarat Tehran harus menghentikan sementara sebagian program nuklirnya. Iran dan P5+1 akan bertemu kembali di Jenewa pada 20 November.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement