REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Rusia dan Vietnam akan bekerja sama dalam pengeboran minyak lepas pantai serta meningkatkan hubungan militer, kata Presiden Vladimir Putin, Selasa, setelah melakukan pembicaraan yang "konstruktif dan terbuka" dengan Presiden Vietnam Truong Tan Sang di Hanoi.
Putin menyambut gembira peningkatan perdagangan bilateral --bernilai 3,6 miliar dolar AS tahun lalu, naik 20 persen dibanding tahun sebelumnya-- saat kedua negara tengah berupaya menuju kesepakatan perdagangan bebas.
Kedua negara menandatangani kesepakatan dalam berbagai isu, mulai dari kerja sama pertahanan hingga pengeboran minyak di blok lepas pantai Vietnam, setelah pertemuan Putin dengan Sang.
"Kami akan meningkatkan kerja sama di sektor perminyakan," kata Putin setelah pertemuan itu.
Rosneft dan PetroVietnam menandatangani kerja sama pengeboran bersama minyak di Blok 15-1/05 lepas pantai Vietnam, katanya seraya menambahkan bahwa sekutu di era Perang Dingin itu berniat menjalin hubungan antara industri kedua negara serta penerbangan dan sektor otomotif.
"Rusia akan menjual lebih banyak peralatan militer kepada Vietnam," kata Putin tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sebelumnya bulan ini Rusia mengirimkan enam kapal selam Kilo Class pertama ke Vietnam berdasar perjanjian yang dibuat pada 2009.
Vietnam dilarang membeli senjata mematikan dari Amerika Serikat karena catatan hak asasi yang dimilikinya mengkhawatirkan.
Dalam beberapa tahun terakhir Moskow mengumumkan kontrak bernilai miliaran dolar untuk menjual 20 jet tempur Sukhoi dan enam kapal selam ke Vietnam.
Pada 2010 Moskow dan Hanoi menandatangani perjanjian untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama -- dengan dua reaktor -- di Vietnam. Proyek tersebut diperkirakan menelan biaya lebih dari empat miliar euro (5,1 miliar dolar AS).
"Rusia bekerja sama dengan Vietnam bukan hanya untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di negeri ini, namun juga melatih staf serta membuat pusat sains dan teknologi," kata Putin dalam jumpa pers setelah pertemuan tersebut.
Kedua negara juga menandatangani kesepakatan dalam berbagai isu mulai dari pemindahan narapidana hingga usaha patungan baru di sektor perbankan.
Presiden Sang menggambarkan pembicaraannya dengan Putin sebagai "sangat sukses".
Rusia dan Vietnam memiliki sejarah panjang kerja sama. Setelah Perang Vietnam berakhir pada 1975 Uni Soviet memasok sekutu komunisnya itu dengan bantuan pokok dan persenjataan, serta tetap menjaga hubungan dekat itu meski setelah keruntuhan Uni Soviet.
Vietnam merupakan salah satu negara komunis yang masih tersisa, namun negara tersebut sudah mengadopsi ekonomi pasar serta membuka pintu untuk investasi Asia dan Barat dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Setelah kunjungan sehari ke Hanio, Putin akan menuju Korea Selatan untuk kunjungan resmi pada Rabu.