Rabu 13 Nov 2013 08:58 WIB

Produksi Minyak Suriah Turun Tajam

Asap hitam dari lapangan sumur minyak.  (ilustrasi)
Foto: Antara
Asap hitam dari lapangan sumur minyak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Industri minyak yang merupakan sumber atau nyawa utama bagi perekonomian Suriah, kini berisiko. Ini diduga disebabkan oleh ladang minyak utama di timur laut negara tersebut digunakan secara tak menentu oleh pemberontak, media lokal melaporkan pada Selasa (12/11).

Laporan itu mengatakan bahwa sekitar 8,5 miliar barel minyak, sekitar 40 ribu barel setiap hari, dicuri pada akhir kuartal ketiga 2013. Hal tersebut, menurut laporan Xinhua yang dikutip Rabu (13/11), menyebabkan kerugian material sebesar 19,1 miliar dolar AS. Sementara itu, data pembangunan minyak mengungkapkan bahwa lebih dari 20 sumur minyak dibakar dan 128 lainnya dicuri.

Direktur jenderal pembangunan minyak, Ali Abbas mengatakan bahwa produksi minyak berat di Suriah telah sepenuhnya dihentikan pada bulan ketiga 2013, dan produksi minyak ringan tidak melebihi 15.000 barel per hari.

Produksi gas juga merosot dari 28 juta meter kubik menjadi 17 juta karena pemberontak telah sepenuhnya mengendalikan kilang gasa Deir el-Zour dan al-Jibsseh. Negara itu memproduksi sekitar 380 ribu barel minyak dan mengekspor sekitar 130 ribu barel per hari, merupakan 45 persen dari total ekspor Suriah.

Pada 2010, ekspor minyak Suriah diperkirakan mencapai tiga miliar dolar AS, sementara pada 2013, Suriah diimpor minyak sebesar 1,7 miliar dolar AS, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari derivasi minyak.

Pada awal krisis, Uni Eropa menekan Suriah dengan sanksi ekonomi, termasuk embargo pembelian atau pengangkutan minyak Suriah dan melarang perusahaan yang berhubungan dengan Suriah atau berinvestasi di negara itu. Pada akhir 2011, semua perusahaan asing yang beroperasi di bidang minyak meninggalkan negara tersebut.

Abbas mencatat bahwa biaya rehabilitasi perusahaan minyak Suriah berjumlah sekitar satu miliar dolar AS dan pemerintah Suriah telah meluncurkan rencana untuk mengoperasikan kembali perusahaan minyak dalam lima tahun ke depan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement