REPUBLIKA.CO.ID, TACLOBAN CITY - Di Bandara Tacloban, ribuan korban topan mencoba untuk keluar . Mereka berkemah di bandara dan berlari ke landasan udara ketika pesawat datang, lapor inquirer.net.
Mereka meloncat, melewati pagar besi yang patah. Sementara, beberapa prajurit dan polisi mencoba untuk mengendalikan mereka. Kebanyakan pengungsi tidak berhasil naik ke pesawat.
"Kami butuh bantuan. Tidak ada yang datang," kata Aristone Balute , seorang warga berusia 81 tahun yang tidak mendapatkan penerbangan dari kota. "Kami belum makan sejak kemarin sore," ujarnya sambil menahan dingin karena pakaiannya basah dari hujan, dan dengan air mata mengalir di wajahnya.
"Kami selamat badai, tetapi tidak ada makanan," Brendo Gamez, Wali Kota kota Abon-Abon - salah satu kota di Provinsi Tacloban, mengatakan pada Selasa (12/11) malam.
"Dimana makanan? Dimana air?" ujarnya lagi.
Dua wali kota lainnya, Wali Kota Julita Irvin Dy, Gomez dan Wali Kota Tanauan Pel Tecson pergi ke Bandara Tacloban untuk melihat sendiri bahwa bantuan yang dijanjikan oleh pemerintah pusat telah dimuat di truk militer dan akan dikirim ke kota-kota mereka.
"Ini belum cukup. Kita harus meningkatkan upaya, "kata Valerie Amos, kepala Kantor Bantuan Kemanusiaan PBB, kepada Inquirer.
"Meskipun kami telah melakukan semua, pada saat yang sama ada lebih banyak yang kita harus mampu melakukan," katanya.