Jumat 15 Nov 2013 08:00 WIB

Australia Tambah Bantuan bagi Korban Haiyan

Red:
Bencana di Filipina
Bencana di Filipina

CANBERRA -- Perdana Menteri Tony Abbott mengumumkan Australia menambah dana bantuan bagi korban bencana badai topan Haiyan di Filipina sebesar 20 juta dollar, di tengah sulitnya penyaluran bantuan ke daerah yang terdampak. Dengan penambahan ini, total bantuan Australia akan menjadi 30 juta dollar atau lebih dari Rp 300 miliar.

Menurut Abbott, dana tambahan ini akan digunakan untuk menanggulangi kebutuhan gizi, kesehatan anak dan perlindungan.

Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk membiayai makanan darurat, menyediakan dukungan logisitk, dan bahan-bahan non-makanan.

"Sebagai teman dan tetangga yang baik, Australia mendampingi Filipina untuk menghadapi bencana kemanusiaan ini," ucap Abbott. 

Sebagian dari 20 juta dollar tersebut disalurkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, Palang Merah,dan lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. 

Dua pesawat Angkatan Udara Australia yang mengangkut pekerja medis telah sampai di Filipina untuk membantu operasi pennanggulangan bencana. 

Badan Pertahanan Australia tengah mempersiapkan sistem penjernihan air dan generator untuk toka Tacloban, yang mengalami kerusakan parah akibat badai topan Haiyan minggu lalu. 

Selain itu, Australia juga menyediakan kapal HMAS Tobruk untuk membantu proses pemulihan, bila diminta pemerintah Filipina.

Operasi penanggulangan bencana di Filipina menghadapi masalah-masalah logistik, seperti kurangnya sarana transportasi dan jalan-jalan yang terblokir. 

Saat ini, di Tacloban sudah ada beberapa truk penjernih air berukuran kecil. Militer kurang lebih mengendalikan kondisi kota.

Korban badai Haiyan diperkirakan menewaskan ribuan. Saat ini, belum terlihat fasilitas akomodasi darurat, dan banyak yang belum bisa mendapatkan kebutuhan mendasar seperti makanan dan obat. 

Menurut Walikota Tacloban, Alfred Romualdez, jumlah kendaraan dan tenaga kerja tidak mencukupi. 

Seorang perempuan yang kembali ke Tacloban untuk mencari keluarganya menggambarkan kehancuran di kota tersebut.

"Pohon-pohon tercerabut, ada mayat-mayat di jalanan, rumah-rumah hancur. Orang luntang-lantung mencari makanan dan air bersih. Dan bau mayat membusuk, mungkin itu akan menghantui saya selamanya," ceritanya pada ABC. 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement