MANILA -- Pemerintah Filipina terus membela diri atas tudingan penanganan bencana Topan Haiyan yang tidak memadai.
Presiden Benigno Aquino saat ini tengah dalam tekanan untuk mempercepat penyaluran makanan, minuman dan obat-obatan bagi warga yang selamat dan memfungsikan kembali pemerintahan lokal yang lumpuh.
Aquino juga mengatakan jumlah korban tewas yang mungkin lebih tinggi, bukan karena korban belum dievakuasi ataupun kesiapan pasokan bantuan.
Aquino telah menyulut perdebatan soal meningkatnya jumlah korban, dengan menyebut jumlah korban tewas tidak sampai 10 ribu jiwa seperti diperkirakan pemerintah lokal.
Data resmi korban tewas hingga Kamis (14/11) tercatat 2,357 orang. Namun sejumlah tim penyelamat diperkirakan masih akan bertambah.
Pejabat kota Lim, yang sebelumnya memperkirakan 10 ribu orang tewas di Kota Tacloban saja, menyebut Aquino sengaja merendahkan data korban tewas. "Tentu saja dia tidak ingin menambah kepanikan.” Katanya.
Meski tentara sudah dikerahkan untuk menjaga keamanan dan penegakan hukum, namun saat ini penjarahan stok beras dan suplai lainnya terjadi dimana-mana di Propinsi Leyte yang paling parah diterjang Topan Haiyan pada Rabu (6/11) lalu.
Upaya menjemput bantuan internasional juga mengalami kendala, banyak pemilik pom bensin menolak berjualan sehingga pasokan bahan bakar untuk truk pengangkut bantuan dan obat-obatan bagi kawasan yang terdampak menjadi sangat terbatas.
Mayat juga masih mengotori jalan-jalan di Tacloban, sementara mayat yang lain berbaring membusuk dalam kantong mayat di luar balai kota yang hancur rusak, menunggu penguburan massal.
Pemerintah kota hingga kini juga belum berjalan, tercatat baru 70 orang karyawan yang masuk padahal dihari-hari biasa mencapai 2.500 orang. Selain banyak yang menjadi korban tewas dan terluka, banyak pekerja pemerintahan juga masih terlalu berduka untuk bekerja.
Sementara itu dilaporkan kapal induk USS George Washington tiba di Tacloban membawa 5,000 pelaut dan lebih dari 80 pesawat.
Brigadir Jenderal Marinir, Paul Kennedy mengatakan kehadiran marinir Amerika ini akan secara signifikan meningkatkan upaya bantuan yang dilakukan dikawasan yang luluh lantak tersebut.
Jepang juga berencana mengirimkan lebih dari seribu orang personel dan juga kapal serta pesawat, yang disebut-sebut merupakan pengerahan pasukan terbesar yang dilakukan Tokyo sejak perang lalu.
PBB kecewakan warga
Sementara itu, PBB mengakui responsnnya terhadap bencana Topan Haiyan di Filipina sangat terlambat, ditengah-tengah laporan kelaparan dan kehausan yang dialami warga yang selamat.
Kepala Kemanusiaan PBB, Valerie Amos mengatakan melihat skala bencana yang terjadi bantuan logistik yang diajukan harusnya sudah harusnya sudah tersedia 6 hari setelah badai terjadi, tapi sampai saat ini masih ada daerah yang belum mendapat bantuan. "Saya berharap dalam waktu 48 jam akan ada perubahan signifikan, saya merasa telah mengecawakan banyak orang.”
Kritik atas lambatnya penyaluran bantuan bagi korban Topan Haiyan di Tacloban dan daerah lainnya terus meningkat.
Ribuan warga yang selamat menjerit meminta pasokan air minum dan tidak memiliki tempat tinggal.
"Situasinya sangat suram. Orang-orang sangat membutuhkan bantuan, kita harus segera menolong, warga berteriak bantuan terlalu lama datang. Memastikan bantuan itu segera sampai menjadi prioritas kita saat ini," kata Kepala Kemanusiaan PBB, Valerie Amos.
Amos yang berkunjung ke Tacloban Rabu (13/11/2013) dan menyaksikan langsung skala dampak kerusakan dari bencana Topan Haiyan mengatakan stafnya banyak yang frustasi karena bantuan banyak terjebak di ibukota Manila.