REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan personel The Beatles, Paul McCartney mengatakan telah menulis surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mendesaknya untuk turun tangan membantu 30 orang yang dipenjara setelah aksi protes Greenpeace di Arktik.
"Akan sangat bagus jika kesalahpahaman ini bisa diselesaikan dan para pemrotes bisa pulang bersama keluarga mereka saat Natal. Kita hidup dalam pengharapan," kata penyanyi rock gaek asal Inggris itu dalam suratnya yang dikirimkan bulan lalu dan sekarang dipublikasikan di lamannya, Kamis (14/11).
McCartney yang saat ini berada di Jepang mengatakan Putin belum menjawab surat itu namun duta besar Rusia untuk Inggris telah menanggapinya dengan mengatakan kondisi para tahanan itu tidak diberitakan secara berimbang di media dunia.
Kelompok pemrotes yang dinamakan "Arctic 30" ditahan ketika penjaga pantai Rusia memasuki kapal Greenpeace berbendera Belanda setelah beberapa pegiat lingkungan itu memanjat anjungan minyak milik perusahaan pemerintah pada 18 September dalam sebuah aksi protes.
Rusia kemudian memenjarakan ke-30 orang itu di Saint Petersburg setelah mereka dipindahkan dari kota Murmansk di kawasan Arktik. McCartney yang pernah memiliki lagu hits bersama Beatles berjudul "Back in the USSR" membantah bahwa para pemrotes itu anti-Rusia ataupun melakukan tawaran pemerintah Barat.
"Saya tentu mengerti bahwa pengadilan Rusia dan kepresidenan Rusia adalah hal terpisah. Namun, saya ingin tahu apakah anda bisa menggunakan pengaruh apapun yang ada untuk menyatukan kembali para tahanan itu dengan keluarga mereka?" tulis dia.