Jumat 15 Nov 2013 21:49 WIB

Rusia Tawarkan Helikopter dan Pertahanan Udara ke Mesir

Helikopter serbaguna ringan Mi-2 Hoplite.
Foto: fas.org
Helikopter serbaguna ringan Mi-2 Hoplite.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Rusia menawarkan kepada Mesir untuk membeli helikopter-helikopter modern serta sistem pertahanan udara melalui kesepakatan bersejarah, yang bernilai 2 miliar dolar (Rp11,4 triliun).

Kesepakatan itu akan menandai kebangkitan kembali kerja sama militer berskala besar, demikian dikatakan pejabat Rusia, Jumat. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, pada Kamis melakukan kunjungan ke Mesir.

Mereka berupaya menjalin kontrak yang menguntungkan dengan pemerintah Mesir setelah tergulingnya presiden Islamis Muhammad Mursi.

Lavrov membenarkan bahwa kerja sama militer dibahas dalam pertemuan antara Shoigu dan mitranya dari Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, namun ia tidak memberikan keterangan lebih rinci.

Kendati demikian, Mikhail Zavaly, pejabat senior pada badan ekspor persenjataan Rusia Rosoboronexport --yang akan memimpin delegasi pada pertunjukan udara Dubai, memastikan bahwa Rusia berkeinginan menjual perangkat keras militer ke Mesir.

"Saat ini kami menawarkan kepada Mesir helikopter-helikopter modern, peralatan pertahanan udara dan modernisasi peralatan militer yang telah dibeli sebelumnya," ujarnya kepada kantor berita RIA Novosti.

"Pembicaraan sekarang dilakukan dengan mitra-mitra kami," tambahnya.

Ia tidak menjelaskan lebih rinci, namun surat kabar harian Rusia, Vedomosti, mengatakan perundingan tentang penjualan pesawat-pesawat jet tempur MiG-29M/M2 sedang berlangsung, demikian juga tentang penjualan sistem pertahanan udara serta roket anti-tank, Kornet.

Vedomosti, yang mengutip sumber-sumber di kalangan pertahanan Rusia, mengatakan kesepakatan-kesepakatan itu bernilai 2 miliar dolar AS dan mungkin didanai oleh Arab Saudi --pihak yang memiliki peranan penting dalam penggulingan Mursi.

Para pejabat Mesir memperlihatkan sikap yang tidak jelas menyangkut rincian pembicaraan mereka dengan delegasi Rusia, namun kementerian luar negeri negara itu mengatakan mereka menyepakati "pergeseran kualitatif" dalam hubungan bilateral.

Dalam berbagai pertemuan, mereka sepakat untuk membentuk komite bersama guna menindaklanjuti "pengembangan hubungan bilateral," termasuk hubungan militer, demikian dikatakan kementerian luar negeri Mesir dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat.

Uni Soviet merupakan pemasok utama persenjataan bagi Mesir pada tahun 1960-an serta awal 1970-an namun kerja sama kedua negara menurun setelah munculnya kesepakatan damai dengan Israel ketika Kairo mulai menikmati bantuan-bantuan AS yang melimpah.

Namun, Washington menghentikan beberapa bantuan militernya ke Kairo setelah Mursi digulingkan dan Zavaly membenarkan bahwa Moskow memiliki peluang.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement