Sabtu 16 Nov 2013 10:22 WIB

Aksi Kekerasan Demonstrasi di Tripoli, 31 Tewas

kota tripoli
Foto: members.virtualtourist.com
kota tripoli

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Setidaknya 31 orang tewas dan 285 terluka di Tripoli, Libya, setelah satu demonstrasi menyerukan milisi-milisi yang tak patuh akan meninggalkan ibu kota Libya. Aksi demonstrasi itu berubah jadi tindakan kekerasan, kemarin.

Menurut Kementerian Kesehatan, milisi adalah peninggalan pemberontakan dari tahun 2011 yang menggulingkan diktator Moamer Gaddafi dan merupakan kekuatan yang kokoh dalam semakin mengacaukan negara Afrika Utara.

Pemerintah, dalam sebuah konferensi pers, menyerukan gencatan senjata setelah demonstrasi berubah menjadi konfrontasi mematikan antara kelompok bersenjata. "Kami menyerukan kepada semua faksi bersenjata untuk menghentikan tembak-menembak sehingga pemerintah dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk memulihkan ketenangan di ibu kota," katanya dalam satu pernyataan yang dibacakan oleh Menteri Kebudayaan Hassan al-Amin.

Menteri Kesehatan Nureddin Doghman mengatakan kepada wartawan bahwa bentrokan telah menewaskan 13 orang dan 114 lainnya luka-luka. Tetapi kurang dari satu jam kemudian ia mengatakan kepada saluran TV swasta Libya al-Ahrar bahwa jumlah korban meningkat menjadi 31 tewas dan 285 luka-luka dan masih bisa naik, dengan para pejabat lainnya mengatakan situasi masih kacau.

Ketika kekerasan meletus, menurut laporan AFP yang dikutip Sabtu (16/11), orang-orang bersenjata menembaki dan ratusan demonstran membawa bendera putih dari dalam vila di distrik selatan Gharghour, Tripoli, dimana milisi Misrata berkantor pusat.

Penembakan itu memicu respons kekerasan di mana orang-orang bersenjata menyerang villa tersebut dan membakarnya. Tidak jelas berapa banyak yang meninggal dalam demonstrasi atau berapa banyak yang tewas dalam serangan itu. "Ini benar-benar membingungkan," kata kementerian kesehatan.

Perdana Menteri Ali Zeidan mengatakan, demonstran bersenjata terlibat dalam bentrokan dan bahwa pasukan keamanan tidak campur tangan "agar tidak mempersulit situasi." Zeidan, yang sempat diculik oleh orang-orang bersenjata pada Oktober, telah memperingatkan pekan lalu tentang kemungkinan intervensi kekuatan asing di Libya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement